Indonesia saat ini telah mengoperasikan sepuluh Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan masih mengusulkan dua KEK lainnya untuk dikembangkan. Sebagai referensi perbandingan, marilah sekilas melihat bagaimana Changwon Machinery Industrial Complex yang berdiri sejak tahun 1974 dan menjadi salah satu kawasan industri kelas dunia. Artikel ini akan memberikan gambaran umum bagaimana Korea Selatan melakukan transformasi sebuah wilayah pedesaan menjadi kawasan industri yang mampu menarik investasi industri teknologi tinggi.
Gambaran Umum
Changwon Machinery Industrial Complex berdiri pada 1 April 1974 atas peraturan Ministry of Construction and Transportation Nomor 92 dan pengembangannya pun terus dilakukan dari tahun ke tahun. Kawasan ini dikelola oleh Korea Industrial Compex Corp. dengan luas wilayahnya yaitu 25.302.000 ㎡. Area seluas itu digunakan untuk fasilitas industri, fasilitas publik, fasilitas pendukung, serta area hijau.
Terdapat sekitar 2.787 perusahaan yang menyerap sekitar 124.228 pekerja di Changwon Machinery Industrial Complex. Kawasan tersebut berkembang melalui industri mesin, elektronik, peralatan transportasi, hingga petrokimia.
Sejak berdiri pada 1975, kawasan ini mampu melakukan ekspor senilai $ 600.000 dan saat ini tahun 2019 ekspor berbagai perusahaan di Changwon mencapai $15.637 Miliar. Perusahan-perusahaan yang beraktivitas di kawasan ini seperti Doosan Heavy Industries & Construction, Hyosung, GE Power Systems Korea in industrial machinery; Doosan Machine Tools, Hankook Machine Tools, and Hyundai Wia in machinery tools; GM Korea, Denso, STX Offshore & Shipbuilding, Hyundai Rotem in transport machinery; Volvo Construction Equipment Korea in construction equipment; LG Electronics in electrical machinery; dan Hanwha Aerospace in aviation.
Fasilitas Infrastruktur
Salah satu fasilitas paling penting dari sebuah kawasan ekonomi adalah transportasi. Changwon Machinery Industrial Complex memiliki berbagai fasilitas pendukung mulai dari jalan, stasiun kereta, airport berjarak 34 km, dan dua pelabuhan.
Kawasan ini pun mendukung ketersediaan air baik untuk industri dan juga untuk kebutuhan domestik melalui Sungai Nakdong dan juga tersedianya pabrik pemurnian air. Selain air, fasilitas energi juga menjadi kebutuhan dasar industri yang dapat dipenuhi oleh kawasan ini.
Selain itu, fasilitas penting lainnya yang diperhatikan oleh kawasan ini adalah pengelolaan limbah, baik limbah air dan limbah industri. Aspek ini sangat penting untuk memastikan kawasan industri berjalan secara berkelanjutan.
Lembaga Pendidikan Pendukung
Dalam rangka mendukung regenerasi dan juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Changwon Machinery Industrial Complex memiliki berbagai fasilitas pendidikan seperti pendidikan dasar, ada dua vocational colleges dan dua universitas. Selain itu, ada pula sekolah menengah atas kejuruan atau vocational senior high school sebanyak 3 lembaga yang bekerja sama dan langsung bekerja di industri. Selain itu, ada pula Korea Politech College VII yang juga menjadi lembaga training pekerja.
Hubungan Industrial
Sebuah industri akan berjalan dengan lancar apabila pekerjanya sejahtera karena kebutuhan terpenuhi dan terdapat keadilan hak dan kewajiban. Di Changwon Machinery Industrial Complex terdapat sekitar 70 organisasi pekerja. Organisasi ini tergabung dalam Korea Federation of Trade Unions dan Korea Confederation of Trade Unions.
Dari Production-focused industrial Menuju Smart Factories
Capaian Changwon Machinery Industrial Complex selama ini tidak membuat Korea Selatan merasa cukup dan terus melakukan pengembangan. Changwon saat ini sedang mengembangkan R&D Center dan mampu menarik investasi dari LG Electronics pada 2017 dan Hyandai Wia Machine Tool Research Center pada 2018. Changwon Machinery Industrial Complex direncanakan akan bertransformasi menjadi Advanced industrial city pada tahun 2026 dengan industri berbasis robot, ICT, peralatan pertahanan dan aerospace yang masih berhubungan dengan industri saat ini. Korea Selatan telah mengembangkan kawasan ekonomi Changwon sejak 1975 dan terus melakukan pembaharuan dengan mencoba menarik industri berbasis smart factories dengan mendukung berbagai penelitian dan pengembangan teknologi. Indonesia yang sedang mengoperasikan KEK yang baru terbentuk atau sedang direncanakan dapat melihat bagaimana Korea Selatan mampu membangun ekosistem sehingga perusahaan inovatif dan memiliki teknologi mampu masuk ke kawasan tersebut. Tujuannya tentu agar terjadi transfer teknologi dari perusahaan maju ke Indonesia.