Peran Impor dari Impor Barang setengah jadi dan Barang Modal di Indonesia

Data WITS menunjukan bahwa defisit neraca perdagangan pada barang setengah jadi dan barang modal semakin membesar setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukan besarnya ketergantungan impor dari barang setengah jadi dan barang modal selama beberapa dekade terakhir. Selain partisipasi pada jaringan produksi global, alasan perusahaan untuk menggunakan impor barang setengah jadi adalah nilai, variasi dan kualitas (Rahardja dan Varela, 2015).

Rahardja dan Varela (2015) dalam policy note yang diterbitkan Bank Dunia dengan judul The Role of Imported Intermediate Inputs in the Indonesian Economy membahas mengenai peran dari input barang setengah jadi terhadap perekonomian Indonesia. Policy note tersebut akan dijabarkan di dalam bab ini.

Sejak tahun 1996, impor barang setengah jadi dan barang modal Indonesia meningkat hingga 4 persen per tahun (Rahardja dan Varela, 2015). Selama beberapa dekade terakhir, sekitar seperempat dari perusahaan manufaktur kelas menengah dan kelas besar di Indonesiaa menggunakan impor barang setengah jadi. Pada kategori perusahaan tersebut, 51 persen lapangan pekerjaan tercipta, memproduksi 66 persen dari total output, meningkatkan dua pertiga dari total nilai tambah dan dua pertiga dari total ekspor manufaktur berada di kategori tersebut (Rahardja dan Varela, 2015).

Poin penting yang perlu diperhatikan adalah peningkatan impor barang setengah jadi didominasi oleh impor pada produk yang sama atau pernah diimpor, daripada mengimpor berbagai variasi impor barang setengah jadi jenis baru (Rahardja dan Varela, 2015). Selama tahun 2000-an, peningkatan impor barang setengah jadi didominasi oleh variasi barang yang pernah diimpor sebelumnya (Rahardja dan Varela, 2015). Sekitar 99 persen dari pertumbuhan impor barang setengah jadi dari tahun 2000 sampai 2005 dapat dijelaskan melalui “intensive margin” yang artinya peningkatan permintaan akan barang setengah jadi impor daripada “extensive margin” yang berarti peningkatan variasi atau diversifikasi impor barang setengah jadi (Rahardja dan Varela, 2015). Hal tersebut menunjukan pentingnya impor barang setengah jadi sebagai input bagi sektor manufaktur sektor hilir (Rahardja dan Varela, 2015). Sektor manufaktur Indonesia menerima manfaat dari impor tersebut melalui akses terhadap input barang setengah jadi yang bervariasi, memiliki kualitas yang bagus dan tentunya tidak mahal.

Dengan menggunakan data tingkat sektoral dan perusahaan dari sektor manufaktur Indonesia, Rahardja dan Varela (2015) menemukan bahwa: (1) pertumbuhan impor barang setengah jadi “sesuai” dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mengimplikasikan ketergantungan pada impor barang setengah jadi dalam tingkat yang stabil; (2) perusahaan yang menggunakan input dari impor memiliki kinerja yang luar biasa, ditunjukan melalui pertumbuhan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja yang lebih cepat, lebih produktif dan perusahaan tersebut mampu memberikan gaji yang lebih tinggi; (3) Ketersediaan input dari impor berkontribusi dalam meningkatkan kualitas produk dari sektor manufaktur Indonesia.  Tingginya pangsa impor input terhadap total input serta tingkat tarif yang rendah pada input berasosiasi dengan probabilitas perusahaan yang lebih tinggi untuk memproduksi barang yang berkualitas tinggi pula; (4) Tarif input yang lebih rendah dan peningkatan input impor mampu mendorong perusahaan untuk melakukan diversifikasi produk.

Tarif impor barang setengah jadi Indonesia memang lebih rendah dibandingkan Brazil, Tiongkok dan Vietnam, namun Indonesia menerapkan hambatan non tarif pada impor yang lebih besar dibandingkan ketiga negara tersebut (Rahardja dan Varela, 2015). Peningkatan hambatan pada impor barang tersebut dapat berdampak pada kinerja dari perusahaan.

Temuan Rahardja dan Varela (2015)  menunjukan bahwa pembatasan impor barang setengah jadi akan “melukai” perusahaan dengan kinerja terbaik. Akibatnya, akan ada dampak negatif pada produktivitas, penciptaan lapangan kerja maupun tingkat gaji, baik di tingkat sektoral maupun di tingkat yang lebih luas. Liberalisasi perdagangan pada impor barang setengah jadi meningkatkan kinerja dari perusahaan manufaktur Indonesia, dan bukan vice versa (Rahardja dan Varela, 2015). Hasil penelitian tersebut penting karena peningkatan produktivitas dan naik kelasnya perindustrian merupakan elemen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Memahami bagaimana peran dari impor barang setengah jadi dapat membantu menemukan kebijakan yang tepat dalam  meningkatkan kinerja dari perusahaan manufaktur di Indonesia. Tetap saja terdapat batasan seberapa jauh ketergantungan terhadap impor barang setengah jadi dapat mentransformasi negara berkembang menjadi negara maju (Rahardja dan Varela, 2015). Pelajaran dari Korea Selatan dan berbagai negara yang menghadapi jebakan pendapatan kelas menengah menunjukan bahwa intervensi kebijakan yang aktif pada infrastruktur, sumber daya manusia, reformasi kompetisi dan persaingan beserta insentif merupakan elemen penting yang menfasilitasi transformasi tersebut. Bab berikutnya akan membahas mengenai penerapan kebijakan substitusi impor di Indonesia.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *