Jalan Mengejar Ketertinggalan

Berbicara mengenai daya saing global, tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini Indonesia sudah tertinggal jauh di bawah 49 negara di dunia. Di tingkat ASEAN sendiri, Indonesia sudah tertinggal di belakang Singapura, Malaysia, dan Thailand yang setidaknya sudah berada di peringkat 40 besar. Beberapa indikator seperti kualitas infrastruktur, kualitas SDM, keterbukaan pasar, dan kemampuan adaptasi teknologi menjadi penentunya. Indonesia juga masuk ke dalam middle income trap yang harus diatasi agar bisa melangkah ke perekonomian yang lebih maju. Pertumbuhan ekonomi yang stagnan pada 5% harus ditingkatkan hingga lebih dari 6%.

Salah satu opsi mendapatkan modal (capital) untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi selain melalui permodalan dari dalam negeri adalah melalui permodalan asing. Modal asing yang masuk tidak hanya berupa investasi portofolio asing melainkan adalah investasi asing langsung atau dikenal dengan FDI (Foreign Direct Investment). Investasi jenis ini dikenal lebih tahan terhadap perubahan situasi yang mungkin terjadi di negara tujuannya sehingga lebih minim risiko.

Perkembangan FDI di dunia sejak periode 1990 hingga 2011 menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat, bahkan 250 kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan GDP dan 60 kali lebih cepat dari pertumbuhan perdagangan dunia.  Menurut UNCTAD, pada tahun 2012 perusahaan multinasional yang berafiliasi dengan perusahaan asing telah menyerap 69 juta pekerja dan memberikan nilai tambah senilai USD 7 juta, yang mana setara dengan lebih dari 10 persen global output (tingkat produksi dunia).

Meskipun hasil studi yang dilakukan oleh Tang dan rekan-rekannya di China pada 2008 menunjukkan bahwa kontribusi FDI terhadap pertumbuhan ekonomi memang lebih rendah jika dibandingkan dengan investasi domestic, laporan lain dari OECD menyebutkan bahwa FDI dapat mengintegrasikan host country dengan rantai nilai dunia melalui aktivitas ekspor. FDI juga berpotensi memberikan indirect impact bagi negara tujuan, seperti peningkatan skil sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur, dan perbaikan lingkungan bisnis dari negara tujuan investasinya. Hasil akhirnya, FDI ini yang akan meningkatkan daya saing negara tujuan investasinya melalui skema efisiensi produksi—menekan harga produk, efisiensi alokasi sumber daya, dan meningkatkan produktivitas.

Dalam meningkatkan produktivitas dalam negeri, FDI mengahadirkan peluang munculnya industri domestik melalui rantai pasok yang diciptakan oleh perusahaan asing yang ada. Hal ini harus didukung dengan kesiapan ekosistem bisnis dan kapasitas serap industri domestik sehingga mampu hadir sebagai opsi pemasok (suplier) bagi perusahaan asing maupun industri akhir yang menerima input dari perusahaan asing ini. Hadirnya indutsri rantai pasok domestik tentu saja akan menciptakan indirect impact lain dari hadirnya FDI ke dalam negeri, seperti penciptaan lapangan kerja baru, serta meningkatkan diversifikasi dan spesifikasi produk dalam negeri. Inilah yang disebut-sebut sebagai spillover dari adanya FDI.

Kemampuan Indonesia untuk bisa menyerap limpahan manfaat dari hadirnya FDI ini perlu untuk dipetakan dan ditingkatkan untuk mengetahui jenis dan sektor FDI apa yang menjadi prioritas. Perbaikan beberapa indikator penentu daya saing Indonesia perlu dilakukan untuk mendukung peningkatan kapasitas serap industri domestik. Apabila melihat Singapura, 4 hal yang menjadi kunci daya saingnya adalah keunggulan infrastruktur, kualitas kesehatan warganya, keunggulan pasar tenaga kerjanya, dan kualitas sistem finansialnya. Tentu saja prioritas perbaikan ini harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu negara.

Gap teknologi harus dipersempit, blueprint riset dan pengembangan harus didorong untuk peningkatan kapasitas serap, serta peningkatan kualitas SDM perlu segera dilakukan untuk bisa menyerap spillover FDI. BUMN sebagai bentuk dari perusahaan negara dapat menjadi core dalam pemanfaatan spillover yang diberikan FDI. Dimulai dari BUMN, pemanfaatan FDI untuk meningkatkan daya saing Indonesia kemudian dapat diperluas dengan melibatkan lebih banyak sektor privat.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *