Global Supply Chain: Tren Perdagangan Internasional

Sejak 3 dekade terakhir global supply chain menjadi term yang banyak diimplementasikan di dunia bisnis di berbagai negara karena kemampuannya untuk meningkatkan efisiensi biaya operasional sehingga menghasilkan produk yang lebih murah. Globalisasi telah menciptakan ruang-ruang baru pada perdagangan bebas antar berbagai negara di dunia melalui berbagai perjanjian perdagangan serta tumbuh pesatnya teknologi informasi, transportasi dan logistik, dan teknologi produksi yang mampu meningkatkan kualitas layanan perdagangan dan produktivitas industri. Proses ini juga yang terus memacu banyak negara berkembang menjadi penyedia input bagi indutsri-industri di dunia.

World Integrated Trade Solution, dalam laporannya telah mengelompokkan data perdagangan internasional berdasarkan tahapan pengolahan produk. Pengelompokan produk berdasarkan Stage of Processing (SoP) ini digunakan untuk mengetahui besarnya perubahan biaya yang terjadi dalam rantai produksi. Grafik di bawah memuat data ekspor dunia yang dimulai dari raw material (bahan mentah), intermediate goods (produk setengah jadi/produk antara), consumer goods (produk akhir), dan capital goods (barang modal).

Sumber: Worldbank, 1991-2017

Aktivitas perdagangan internasional terus meningkat dari tahun ke tahun hingga periode 2017 yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas global supply chain. Hal tersebut sekaligus mengartikan terjadinya integrasi antar berbagai negara di dunia dalam hal pemenuhan kebutuhan input produksi dan konsumsinya. Negara-negara maju menjadi dominasi dalam aktivitas ekspor ini dimana 5 besar pengekspor dunia adalah China (upper-middle income country), Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Perancis yang banyak mengekspor keempat jenis produk di atas.

Perkembangan global supply chain dapat terjadi dikarenakan faktor biaya produksi, kondisi lingkungan ekonomi dan kondisi lingkungan kebijakan yang bisa saja berubah seiring berjalannya waktu. Terbukanya batas-batas negara dan kemudahan akses informasi juga membuat aktivitas pengadaan barang dari luar negeri dapat menjadi lebih efisien.

Perdagangan internasional masih banyak didominasi oleh produk konsumsi akhir dan barang modal, yang kemudian diikuti dengan produk setengah jadi dan bahan mentah. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan permintaan konsumen dunia seringkali dipenuhi oleh aktivitas ekspor produk akhir sedangkan ekspor akan kebutuhan input bagi aktivitas produksi masih lebih sedikit. Pada aktivitas ekspor-impor inilah terjadi penambahan nilai produk melalui proses produksi/manufaktur sehingga disebut pula sebagai Global Value Chain (GVC). GVC dapat menciptakan transaksi lintas negara yang kompleks dikarenakan aktivitas ekspor-impor yang bisa terjadi lebih dari 2 negara dalam jumlah yang bisa saja terjadi berkali-kali. Oleh karena itu, masuknya negara ke dalam GVC dapat memberikan banyak benefit tergantung pada seberapa banyak nilai tambah yang diciptakan oleh suatu negara di dalam GVC.    

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *