Investasi di ASEAN: Siapa yang terbaik?

Investasi merupakan hal yang sangat umum dilakukan sejak dulu. Termasuk juga dilakukan oleh aktor antar negara. Setiap negara berlomba-lomba untuk menarik investasi asing untuk bisa masuk ke negaranya. Tidak terkecuali untuk Indonesia dan negara-negara sekawasan di Asia Tenggara (ASEAN).

Negara-negara di ASEAN yang didominasi oleh negara-negara berkembang selain Singapura sedang berlomba untuk memperbaiki diri agar menarik investor asing menanamkan modalnya di negara mereka. Menarik kemudian untuk dilihat dari beberapa negara di ASEAN termasuk Indonesia negara mana yang paling banyak menerima investasi asing dan negara mana yang berhasil mengelola investasi tersebut paling efektif dan efisien.

Keberhasilan berdasarkan Jumlah Investasi

Saat ini data sampai tahun 2017 yang tersedia di trademap menunjukkan bahwa Singapura sebagai satu-satunya negara maju di kawasan ASEAN masih menjadi negara yang berhasil menarik paling banyak jumlah investasi asing.

Grafik menunjukkan bahwa Jumlah investasi asing yang masuk ke Singapura sangat fluktuatif setiap tahunnya. Investasi naik turun setiap tahunnya tapi sejak tahun 2012 Singapura berhasil menjaga nilai investasinya di atas USD 50 miliar hingga tahun 2017 dan mencapai nilai tertinggi pada tahun 2017 yang mencapai angka USD 77,4 miliar. 

Jumlah investasi masuk terbesar kedua dipegang oleh Indonesia. Keinginan pemerintahan Presiden Jokowi untuk menarik sebanyak mungkin  investasi asing masuk ke Indonesia mungkin bisa dikatakan sudah mulai berhasil membuat para investor tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Terjadi penurunan drastis nilai investasi dari tahun 2015 ke tahun 2016 tapi pada tahun 2017 investasi yang masuk ke Indonesia kembali meningkat. Indonesia berhasil menjaga nilai investasi di atas USD 15 miliar setiap tahunnya dari tahun 2011.

Negara ASEAN selanjutnya yang berhasil menarik banyak investasi ke negaranya adalah Vietnam. Dari tahun ke tahun jumlah investasi yang diterima oleh Vietnam selalu meningkat.

Sejak tahun 2012 Vietnam dengan segala kebijakannya dan kelihaiannya melihat peluang dari perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok berhasil meningkatkan jumlah investasi asing yang masuk ke dalam negerinya.

Malaysia kemudian menjadi negara ASEAN yang menerima investasi terbesar di ASEAN untuk beberapa tahun terakhir.

Jumlah investasi asing yang masuk ke Malaysia cenderung stabil setiap tahunnya. Sejak tahun 2010 terjadi fluktuasi dari jumlah investasi yang masuk ke Malaysia tapi tidak ada perbedaan yang sangat tajam setiap tahunnya.

Thailand menjadi negara yang cukup unik karena pada tahun 2013 nilai investasi yang masuk ke negara seribu pagoda ini meningkat drastis dari tahun sebelumnya, tapi langsung mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya.

Kondisi investasi Filipina saat ini bisa dikatakan mirip dengan Vietnam yang iklim investasinya sedang bagus.

Terlihat pada grafik bahwa sejak tahun 2015 hingga tahun 2017 jumlah investasi asing yang masuk ke Filipina mengalami peningkatan. Meskipun jumlah investasi asingnya masih berada di bawah angka US$ 10 miliar, tapi jumlah investasi yang terus meningkat setiap tahunnya ini merupakan hal positif yang patut untuk diapresiasi.

Efisiensi Investasi

Efisiensi investasi suatu negara dapat diukur dengan menggunakan Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR secara sederhana dapat dipahami sebagai kebutuhan investasi terhadap peningkatan 1% produk domestik bruto (PDB). Sebagai contoh, suatu negara dengan ICOR 5% untuk meningkatkan PDB sebesar 1% membutuhkan investasi sebesar 5% dari PDB negara tersebut. Semakin besar ICOR suatu negara maka semakin tidak efisien investasi di negara tersebut.

Kondisi di ASEAN saat ini menunjukkan bahwa besarnya nilai investasi yang masuk ke suatu negara tidak berarti investasi di negara tersebut efisien.

Grafik menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan nilai ICOR tertinggi, ini berarti Indonesia adalah negara dengan inefisiensi investasi terbesar di antara negara pesaing di kawasan. Malaysia, Thailand, dan Vietnam berhasil meraih ICOR di kisaran angka 4%, bahkan Filipina dengan jumlah investasi yang jauh lebih kecil dari Indonesia berhasil mencapai nilai ICOR 3,7%.

Besarnya investasi yang masuk ke suatu negara memang sangat menguntungkan tapi di sisi lain bisa menjadi kerugian jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu tujuan dari suatu negara menarik investasi adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi negaranya. Saat ini Indonesia belum berhasil menggunakan investasi sebagai batu lompatan untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi. LaporanThe Economist menunjukkan bahwa pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di angka 5,2% dan berada di peringkat enam negara-negara ASEAN, Indonesia berada di bawah Myanmar (7,1%), Vietnam (6,9%), Laos (6,8%), Kamboja (6,5%), dan Filipina (5,7%).

Keberhasilan Indonesia untuk menarik investasi sebanyak-banyaknya harus diimbangi dengan kemampuan pengelolaan investasi. Karena jika Indonesia hanya menarik investasi tanpa adanya perencanaan penyaluran dan pengelolaan investasi yang tepat, bukan tidak mungkin ICOR Indonesia akan semakin besar tahun-tahun ke depannya dan akan mengurangi minta investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Partner Kami