Mengenali Investor Jepang di Indonesia
Jepang merupakan salah satu negara yang paling banyak menaruh investasi di Indonesia setelah Singapura. Meskipun tidak drastis, nilai investasi dari Jepang ini terus mengalami penurunan sejak 2016 hingga 2018. Menurut Direktur Japan External Trade Organization (Jetro)—Takenobu
Yamashiro, investasi Jepang menghadapi tiga permasalahan besar yaitu upah buruh yang mahal, prosedur impor berbelit, dan masalah perpajakan. Dibandingkan negara lain, khususnya beberapa negara Asia Tenggara, hambatan tersebut lebih bisa diantisipasi. Salah satu contohnya adalah Thailand yang memiliki tingkat produktivitas pekerja lebih tinggi dari Indonesia meskipun rasio upahnya hampir sama.
Foreign Affiliate atau Direct Investment Enterprise adalah perusahaan yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum dimana investor asing (FDI) memiliki bagian atau kepemilikan saham di dalam perusahaan. Foreign affiliates ini memiliki kontribusi terhadap nilai penjualan produk/jasa dari dalam negeri dan membuka lapangan kerja bagi negara tuan rumahnya. Kehadiran foreign affiliates juga diharapkan mampu mengembangkan industri-industri lokal dengan skema kerja sama yang dibangun, seperti melalui skema rantai pasok industrinya.
Berdasarkan sektor ekonomi yang berkembang, banyak perusahaan asal (parent company) Jepang yang membangun kerja sama industri di Indonesia. Baik sektor primer, sekunder, maupun tersier, semuanya hampir didominasi oleh perusahaan asal Jepang. Perusahaan asal Jepang ini paling banyak mendominasi industri manufaktur di Indonesia, yang mana 12 dari 14 industri manufaktur (foreign affiliate) yang ada adalah perusahaan yang memiliki kantor pusat di Jepang. Industri yang dimaksud antara lain, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi, industri peralatan elektronik, industri kimia, dan lain sebagainya.
Perusahaan-perusahaan asal Jepang ini mampu memberikan 393 ribu lapangan kerja di Indonesia dengan penjualan mencapai USD 32 Milyar. Angka ini berbanding dengan 2 juta lapangan kerja yang dibuka perusahaan afiliasi asing dan USD 135 Milyar penjualan dari foreign affiliates di Indonesia.
Survei yang dilakukan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menunjukkan banyaknya negara ASEAN yang menjadi tempat favorit untuk berinvestasi bagi orang Jepang. Indonesia masuk ke peringkat lima sebagai negara yang paling menjanjikan untuk berinvestasi, setelah China, India, Thailand, dan Vietnam. Peringkat ini merupakan hasil penurunan dari tahun-tahun sebelumnya yang mana Indonesia pernah mencapai peringkat pertama sebagai negara yang paling menjanjikan untuk berinvestasi pada tahun 2013. Penurunan ini mungkin diakibatkan oleh hambatan-hambatan perdagangan dan investasi yang masih ada di Indonesia seperti yang disebutkan sebelumnya.
Jepang menggeser ketertarikannya untuk berinvestasi ke Thailand. Meningkatnya Thailand ke peringkat tiga sebagai akibat dari adanya pembangunan industri otomotif Jepang di Thailand. Thailand mampu menarik minat Jepang untuk berinvestasi di sektor otomotif salah satunya dengan perbaikan ekonomi melalui skema kebijakan pajak dan perizinan.
Pada Agustus 2018, sebagai upaya sinergi Indonesia dan Jepang telah di resmikan Indonesia-Japan Business Network (IJB Net) yang merupakan organisasi yang didukung oleh diaspora Indonesia dan Jepang. IJB-Net ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan industri manufaktur 4.0 di Indonesia. Berdasarkan hasil survei yang sama dari JBIC, alasan paling penting bagi perusahaan Jepang untuk berinvestasi di sebuah negara adalah jumlah aturan yang membatasi impor dan kebijakan pembukaan keran impor bagi komponen automobile
serta diikuti besarnya upah buruh dan kemampuan lokal menyediakan kebutuhan industri. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan industri manufaktur, seperti industri mesin dan peralatan, serta industri otomotif di negara-negara tujuan investasinya dapat memotivasi Indonesia untuk segera menyusun kebijakan-kebijakan tersebut yang mampu menarik sektor manufaktur Jepang ke Indonesia.