Mikroalga : Investasi Menjanjikan Energi Indonesia
Sebagai negara terpadat ke empat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat, populasi masyarakat Indonesia diprediksi akan meningkat hingga beberapa tahun kedepan. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk memenuhi peningkatan pemenuhan energi dan penurunan karbondioksida dalam jangka panjang sebagai ketahanan terhadap perubahan iklim di dunia. Indonesia’s First Biennial Update Report melalui UNFCC pada tahun 2016 menyatakan bahwa total emisi gas rumah kaca sebesar 1.454 juta metrik ton karbondioksida. Salah satu kontributor utamanya adalah pada sektor energi sebesar 32% dari total emisi gas rumah kaca di Indonesia yang meningkat pada tingkat rata-rata tahunan 4.5%.
Energi bahan bakar fosil menyumbang sekitar 80% dari seluruh energi di dunia. Hal ini menjadi perhatian besar bagi masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Mitigasi yang mungkin bisa dilakukan adalah menggunakan teknologi baru, sumber energi ramah lingkungan, mengubah kebiasaan masyarakat dengan menjadi lebih hemat energi. Dalam konteks ini, penyerapan karbondioksida secara biologis merupakan satu pendekatan yang paling menjanjikan.
Indonesia dikenal sebagai negara yang beriklim tropis dan 70% wilayah Indonesia merupakan daerah perairan. Selain itu, Indonesia juga memiliki biodiversitas mikroalga terbesar di dunia. Namun sayangnya potensi itu belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Bahkan, mikroalga yang kerap memenuhi permukaan air sampai berwarna hijau sering dipandang sebagai organisme yang menjijikkan. Padahal potensi mikroalga sangat baik dalam menyerap zat logam berat maupun limbah lainnya. MIkroalga juga bisa digunakan sebagai bahan bakar nabati. Selain kandungan minyak yang dimiliki, keunggulan mikroalga sebagai tumbuhan akuatik ialah tidak membutuhkan lahan yang luar, mampu menghasilkan biomassa dengan sangat cepat dan mampu memanfaatkan karbondioksida dalam pertumbuhannya sehingga bisa mengurangi pencemaran udara. Pengembangan mikroalga sebagai salah satu sumber energi baru dan terbarukan ini bisa dilakukan dengan pengidentifikasian jenis-jenis mikroalga yang tumbuh di daerah Indonesia, dilanjutkan dengan kultivasi mikroalga dan perlunya teknologi konversi mikroalga menjadi energi bahan bakar.
Untuk mewujudkan target capaian bauran energi nasional sebesar 23% di tahun 2025 nanti, ada beberapa rekomendasi dan strategi akselerasi yang perlu dilakukan oleh pemerintah Indonesia yaitu dengan memperkuat pengembangan industri energi guna mempercepat sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi. Dengan besarnya potensi dan sumberdaya yang ada, pemerintah juga perlu mendorong badan usaha dan perbankan untuk membantu pendanaan pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan bioenergi dari biomassa mikroalga. Selain itu, pemerintah juga perlu membuat regulasi untuk menarik investor agar berinvestasi dalam pengembangan pemanfaatan bioenergi mikroalga. Untuk meningkatkan minat penggunaan di kalangan masyarakat, maka perlu adanya insentif dan stimulus pemanfaatan biomassa mikroalga sebagai sumber bauran energi Indonesia.