Potensi Big Data : Data yang Bukan Sekadar Kumpulan Informasi
Pada tahun 2016 terdapat lebih dari 1 triliun gigabit lalu lintas internet di Indonesia. Angka besar ini kemudian lahir karena didukung dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia yang pada tahun 2021 mencapai 200 juta pengguna. Pertumbuhan Big Data sendiri adalah sektor bisnis yang tumbuh paling signifikan di antara penyedia jasa internet mobile, teknologi cloud, dan IoT yang ada di Indonesia.
Sebagai informasi pendukung potensi bisnis Big Data, pada dasarnya Indonesia berada di urutan 15 untuk penetrasi internet di Asia di mana 76,8% penduduk merupakan konsumen dari layanan internet, Selain itu Indonesia sendiri merupakan negara dengan tarif layanan internet yang sangat terjangkau di mana laporan McKinsey pada tahun 2016 untuk mendapatkan 500 megabit, konsumen hanya membutuhkan 3,4 dolar. Dengan besarnya angka tersebut, dan kemungkinan pertumbuhan ekosistem bisnis digital akan terus membaik. Big Data kemudian menjadi salah satu ranah bisnis yang cukup potensial dan bisa memberikan banyak keuntungan serta manfaat untuk masyarakat.
Big Data sendiri pada dasarnya adalah sebuah “wadah” yang terstruktur berisi mengenai data yang bisa digunakan dalam urusan operasional harian untuk tujuan bisnis hingga lainnya. Big Data sendiri diklasifikasikan ke dalam 5 bentuk yaitu berdasarkan volume, velocity, variety, variability, dan veracity. Secara teknis operasi Big Data dimulai dari informasi yang masuk kemudian akan dianalisis secara deskriptif untuk mengukur kinerja, serta fakta visual keberhasilan dan kegagalan. Proses selanjutnya, setelah mengetahui apa yang terjadi kemudian data dianalisis secara diagnosis untuk mengetahui penyebab terjadinya suatu fakta berdasarkan data. Setelah diolah barulah kemudian data bisa disajikan dan sudah mempunyai nilai ekonomi.
Secara ekonomi, bisnis data di Indonesia sendiri diperkirakan tumbuh 12,95% per/tahun. Sementara ukuran pasar, pada tahun 2020 di Indonesia bisnis Big Data memiliki total nilai sebesar 1,53 miliar dolar, dan akan mencapai 3,07 miliar dolar pada tahun 2026. Namun, secara peringkat Indonesia masih tertinggal dengan negara lain di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Menurut Mordor Intelligence, momentum Pandemi Covid-19 merangsang bisnis Big Data di Indonesia. Karena kebutuhan akan recovery dari dampak negatif yang timbul akibat Pandemi Covid-19.
Sumber yang sama juga memberikan penjelasan kenapa Big Data sangat potensial di Indonesia karena kesamaan corak pertumbuhan ekonomi digital antara Indonesia dengan China di mana sektor ini dimotori oleh bidang UMKM yang berjualan di e-commerce melalui media sosial dan website dan juga tumbuh pesatnya pembelian telepon genggam sehingga dibutuhkan sebuah satu pusat data yang tidak hanya bisa menyimpan data secara mentah namun juga mengelola data secara rigid sehingga memiliki nilai ekonomis. Selain itu, di Indonesia terdapat tren terkoneksinya antara institusi perbankan dengan pelaku usaha sehingga dibutuhkan sebuah acuan yang bisa digunakan dalam penyaluran produk keuangan ke pelaku usaha berdasarkan informasi yang akurat. Melihat semua potensi yang ada, data memang hari ini tidak hanya sekedar informasi saja melainkan menjadi potensi bisnis yang sangat menggiurkan.