Forbil Discussion Series #1 Paradigma Digitalisasi UMKM – 30 Maret 2022

Ibarat superhero, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah menyelamatkan Indonesia dari dua krisisyaitu krisis ekonomi di tahun 1998 dan krisis pandemi Covid-19 sekarang. Hal ini disampaikan oleh Staff Khusus Kementerian Koperasi dan UKM, Aldi Novri pada acara Forbil Discussion Series yang diadakan oleh Forbil Institute, 31 Maret 2022. Berbicara tentang UMKM Indonesia yang hamper 90% berjualan secara konvensional atau offline, pemerintah saat ini sedang focus untuk mendorong para pelaku UMKM Indonesia untuk masuk ke ekosistem digital. Target presiden sendiri pun harus ada 30 juta UMKM cetak onboarding di e-commerce di tahun 2024.

Untuk mendukung upaya digitalisasi tersebut, pemerintah berkolaborasi dengan banyak pihak, antara lain BUMN, BUMS dan agregator. Selain itu, pemerintah juga punya program Pasar Digital UMKM atau lebih dikenal dengan PADI UMKM. Program PADI inilah yang dikolaborasikan dengan agregator. Agregator ibarat lokomotif yang menarik gerbong-gerbong. Pemerintah menyadari bahwa tidak semua masyarakat Indonesia punya kapabilitas digital yang baik, makanya dibutuhkan para aggregator untuk mengumpulkan produk para pelaku UMKM untuk dijual secara digital.

Pada tahun 2030, Indonesia punya bonus demografi dan diprediksi ekonomi digital Indonesia terbesar di Asia Tenggara dan nomor 3 di dunia. Point itulah yang membuat UMKM Indonesia memang harus berbenah. Ini menjadi PR utama yang harus segera dikerjakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Selain itu, komoditas lokal Indonesia pun juga punya daya tarik sendiri. Dengan berbekal potensi sumberdaya alam yang melimpah dan didukung digitalisasi yang mumpuni, bukan tidak mungkin jika UMKM Indonesia bisa menjadi raksasa ekonomi dunia.

Pemanfaatan potensi sumberdaya daerah dan strategi marketing yang bagus menjadikan Firman Setyaji bisa ekspor dalam skala besar. Firman Setyaji adalah sociopreneur berbasis pemberdayaan masyarakat yang mengolah eceng gondok menjadi berbagai macam kerajinan di Rawa Pening.  Menurut Firman ada 6 prioritas yang harus dilakukan untuk bisa menjadi sociopreneur yang melek digital. Enam prioritas itu antara lain bagaimana menciptakan inovasi produk yang unggul dan berkualitas, harga yang dijual masih terjangkau untuk segmentasi market yang dituju, pendekatan atau bridging produk ke konsumen, strategi promosi, fokus pada pengembangan masyarakat, bukan keuntungan pribadi, bagaimana usaha yang kita bentuk ini bisa berkontribusi pada kepedulian untuk daerah atau bumi.

Partner Kami