5 Teknologi yang Sedang Berkembang di Sektor Pangan

Disrupsi teknologi salah satunya terjadi di sektor pangan. Pada 2018, SoftBank’s Vision Fund telah menginvestasikan USD 200 juta dalam teknologi pertanian.  Tahun sebelumnya, sektor ini mencatat total investasi tertingginya sebesar USD 1,5 miliar. Selain itu, diprediksi permintaan pangan dunia akan meningkat drastis untuk beberapa dekade kedepan. Namun disisi lain, perubahan iklim diprediksi dapat mengancam penurunan hasil panen. Oleh karena itu, inovasi sangat diperlukan dalam sektor ini sehingga beberapa negara di dunia telah menciptakan dan menggunakan teknologi ini untuk mengembangkan sektor pangannya.

  1. Daging Sintetis

Permintaan daging di seluruh dunia diprediksi akan naik 70 persen pada 2025. Produksi daging sintesis secara masal akan mampu memenuhi gap rantai pasok produk daging. AT Kearney memprediksi bahwa pada 2040, 60 persen daging yang dikonsumsi di dunia akan digantikan menjadi daging sintetis atau plant-based meat.

Hal ini dikarenakan sudah banyak negara di dunia yang berfokus pada dampak dari peternakan terhadap lingkungan. Aktivitas peternakan dan konsumsi daging diketahui dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang terlalu tinggi. Oleh karena itu sebagai alternatif pengurangan emisi dan kebutuhan para vegan, daging sintetis telah menjadi trend baru di beberapa negara.

  • Koolmill: Mesin Penggiling Generasi ke-3

1,5 juta UMKM penggilingan di dunia hanya mampu menggiling padi kurang dari 100 ton per harinya. Banyak UMKM tersebut yang tidak bisa memanfaatkan mesin penggilingan modern karena infrastruktur yang tidak mendukung, kapasitas penggilingan yang terbatas, dan ketidakmampuan untuk reinvest. Alhasil mereka tetap menggunakan mesin tua dan penyimpanan yang alakadarnya sehingga post-harvest losses-nya bisa mencapai 80%.

Koolmill adalah mesin penggiling padi generasi ke-3. Menggunakan coated abrasive yang super efisien dan telah dipantenkan secara internasional. Koolmill menggunakan proses penggilingan dingin yang rendah daya (80% power saving), fleksibel, dan terukur. Konsep sederhana dari mesin ini adalah: gabah, didorong oleh abrasive, berputar di dalam chamber,  lalu secara progresif dan terkontrol beras dipisahkan dari kernel dengan panas yang minim, sedikit losses maupun kerusakan.

  • Kemasan Biodegradable

Saat ini sudah cukup banyak perusahaan yang mengembangkan kemasan ramah lingkungan. Di Indonesia pun sudah ada produsen plastik dari pati singkong, salah satunya Avani Eco.

Bahan lain yang juga dapat dimanfaatkan adalah limbah industri makanan, salah satunya adalah limbah kerang yang diproduksi setiap tahunnya. Limbah cangkang kerang dapat digunakan dengan mengubah kitin menjadi kitosan, yang berfungsi sebagai plastik ramah lingkungan dan bisa digunakan sebagai kemasan makanan.

  • Vertical farming

Meskipun teknologi ini sudah cukup familiar bagi sebagian besar orang, penggunakan vertical farming akan sangat bermanfaat ditengah keterbatasan lahan pertanian. Pertanian vertikal ini dapat menghemat penggunaan lahan pertanian dengan memanfaatkan lahan vertikal. Ia hanya membutuhkan tanah dan air yang lebih sedikit, serta bisa menghasilkan panen hingga 200-400 persen lebih banyak jika dilakukan di bawah pemantauan nutrisi yang tepat. Penggunaan pestisida juga dapat diminimalisir.

  • Super crops

Super crops hadir untuk menjawab pertanyaan mengenai tantangan cuaca, dimana tanaman dapat bertahan pada cuaca yang ekstrim dengan tetap kaya nutrisi. Hal ini bisa dicapai dengan selective breeding dan biofortifikasi, dimana micronutrients ditambahkan dengan melakukan crossbreeding antara varietas biasa dengan tanaman liar yang masih satu keluarga. Hal ini juga termasuk dengan genetic engineering.

Sebagai contoh, Dubai telah memodifikasi Quinoa akan dapat ditanam di lahan mereka dengan karakteristik tanah padang pasir yang asin dan gersang.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *