Konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung hampir satu minggu. Banyak sekali hal – hal yang kemudian terpengaruh oleh konflik tersebut. Dalam konteks energi, dampak dari konflik ini langsung mempengaruhi harga crude oil atau minyak mentah. Harga minyak mentah yang sebelumnya berada di level rata – rata 90 dolar/barel kemudian naik hingga level 100 dolar/barel sebelum akhirnya turun ke level normal pada 25 Februari 2022. Namun, pada tanggal 2 Maret 2022 harga minyak mentah sendiri naik terus menerus hingga ke level harga 108 dolar/barel.
Sensitivitas harga minyak mentah terhadap situasi geopolitik memang merupakan hal yang wajar karena sebagaimana pada penelitian yang berjudul Does Geopolitics Have an Impact on Energi Trade? Empirical Research on Emerging Coountries sekalipun ada dampak berbeda antara negara pengekspor minyak dengan tidak namun pengaruh geopolitik terhadap perdagangan energi khususnya minyak memang cukup kuat khususnya dalam hal ekspor dan impor komoditas energi.
Melalui contoh kasus harga minyak bumi dan faktor geopolitik kemudian bagaimana dengan faktor tersebut mempengaruhi komoditas lain yaitu minyak kelapa sawit. Jika mengurut pada harga minyak kelapa sawit, pada tanggal 2 Maret 2022 harga minyak kelapa sawit berada di level 1586 dolar/ton. Meskipun sempat mengalami situasi fluktuatif sejak tanggal 24 Februari 2022, namun harga minyak kelapa sawit kemudian kembali naik bahkan sempat menyentuh harga 1683 dolar/ton.
Adapun alasan – alasan dari naiknya harga minyak kelapa sawit adalah akibat ditutupnya pelabuhan – pelabuhan di sekitar Laut Hitam karena konflik bersenjata Rusia dan Ukraina. Daerah sekitar Laut Hitam sendiri memang produsen dominan minyak nabati bunga matahari dengan menyumbang 60% produksi. Selain itu konflik bersenjata juga mengakibatkan terganggunya rantai pasok dari kedelai sebagai sumber utama produksi minyak nabati sementara suplai bahan baku tidak bisa dipenuhi oleh negara – negara produsen kedelai seperti Argentina, Brazil, dan Paraguay akibat gangguan cuaca.
Hal justru harus diperhatikan adalah kekeringan yang melanda wilayah Amerika Selatan karena pada dasarnya wilayah tersebut adalah wilayah penghasil bahan baku lain pengganti kelapa sawit untuk minyak nabati. Dengan kekeringan tersebut; maka mengakibatkan permintaan akan minyak kelapa sawit naik secara signifikan.
Namun, kenaikan harga tersebut memang diperkirakan tidak akan terjadi lama karena melihat perhitungan prediksi harga oleh Trading Econimic harga minyak kelapa sawit diperkirakan akan normal kembali pada April 2022 dengan catatan konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina tidak berlangsung lama dan distribusi serta pasokan bahan baku produksi minyak nabati lainnya seperti Bunga Matahari dan Kedelai kembali normal.
Melihat dari faktor – faktor yang ada bagaimana faktor geopolitik mempengaruhi harga minyak bumi khususnya karena terganggunya distribusi. Minyak kelapa sawit memang terpengaruh dengan faktor yang sama tetapi naiknya harga kelapa sawit pada hari ini tidak semata – mata karena konflik bersenjata Rusia dan Ukraina semata namun juga ada faktor di mana tidak terpenuhinya permintaan pasar akan bahan baku pengganti kelapa sawit.