Indonesia’s Future Food: Mengukur Permintaan Pangan Indonesia di Masa Depan

Populasi dunia diperkirakan akan mencapai 9,8 milyar jiwa pada tahun 2050 yang berarti bahwa permintaan pangan akan meningkat hingga 60%. Disisi lain, World Economic Forum melaporkan bahwa dunia akan mengalami krisis iklim, urbanisasi, dan degradasi tanah, serta krisis air, polusi, dan kesenjangan ekonomi yang mengakibatkan berkurangkan ketersediaan lahan subur dan potensi krisis pangan di masa depan jika produksi pangan dipertahankan dengan sistem yang sama.

Di Indonesia, populasi penduduknya diperkirakan meningkat hingga 277,4 juta jiwa pada tahun 2023 dengan populasi kelas ekonomi menengah-atas yang diprediksi akan bertambah 100 juta jiwa pada tahun 2030. Meningkatnya populasi masyarakat kelas menengah-atas di area perkotaan turut serta dalam meningkatkan tren konsumsi makanan sehat. Tren ini diperkirakan akan meningkat sebesar 6,3% dari USD 2,3 miliar pada tahun 2019 menjadi USD 2,9 miliar pada tahun 2023.

Berdasarkan data market overview Indonesia dari Agciculture and Agri-food Intelligence Canada, penjualan produk makanan pada retail di Indonesia akan meningkat sebesar 7,6% menjadi USD 44,4 milyar di tahun 2024. Produk pangan olahan berupa bakery and cereals adalah produk pangan dengan permintaan tertinggi dari 19 kategori produk makanan, yang diprediksi akan mencapai USD 6,8 milyar pada tahun 2024. Di posisi kedua ada produk dairy and soy food (USD 6,2 miliar); diikuti produk seasonings, dressings, and sauces (USD 5,2 miliar); kemudian produk confectionery (USD 5,1 miliar); serta fish and seafood product dan meat product (USD 4,9 miliar dan USD 4,6 miliar). Setidaknya terdapat 5 dari 6 produk makanan di atas yang bahan bakunya merupakan top 10 komoditas yang diimpor Indonesia hingga 2019. Indonesia paling banyak mengimpor gandum dari Canada, gula tebu paling banyak dari Thailand, kedelai paling banyak dari Amerika, daging beku dari India, ternak hidup dari Australia, dan bawang putih dari China.

Mengetahui peta permintaan dan pasokan produk pangan di Indonesia di masa depan, tentunya scale up produksi komoditas terkait di atas sangat diperlukan di Indonesia. Indonesia juga memiliki potensi produk tepung mocaf yang berbahan baku singkong untuk dapat mensubstitusi penggunaan gandum. Dengan memanfaatkan kondisi geografis, iklim, dan inovasi produk yang sudah ada seperti mocaf tersebut sangat memungkinkan bagi Indonesia untuk setidaknya meminimalkan angka impor komoditas terkait atau bahkan menjadi suplier bagi dunia.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *