Industri Farmasi Berbasis Herbal

Jumlah industri farmasi di Indonesia saat ini mencapai 206 perusahaan, 178 merupakan perusahaan swasta nasional, 24 perusahaan multi-nasional, dan empat BUMN angora holding farmasi. Sejumlah perusahaan ini mampu memproduksi beberapa segmen produk farmasi yang umumnya dapat dijumpai di Indonesia, diantaranya OTC (over the counter medicine), patented, dan generics medicine (branded maupun unbraded).

Sumber: Indonesia Healthcare Outlook, 2016

Industri farmasi telah lama berdiri dan mampu memenuhi 75 % kebutuhan obat dalam negeri. Industri ini merupakan salah satu industri prioritas karena telah berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada triwulan I tahun 2019, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional mampu tumbuh hingga 8,12% atau melampaui pertumbuhan ekonomi di angka 5,07%. 95% bahan baku yang harus diimpor mengakibatkan neraca perdagangan industri farmasi Indonesia masih defisit hingga saat ini. Meski ekspor pada tahun 2018 sudah sampai USD 1,14 miliar dimana lebih tinggi dibandingkan 2017, namun impor bahan baku farmasi ternyata masih lebih tinggi.

Rencana pemerintah menarik investasi asing maupun domestik untuk mengembangkan industri bahan baku farmasi tentu saja baik, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi farmasi Indonesia. Selain dengan upaya tersebut, diversifikasi produk farmasi Indonesia pun dapat dilakukan. Produk farmasi, baik itu obat-obatan maupun suplemen vitamin berbasis herbal sebenarnya sudah lama diwacanakan di Indonesia. Hal ini terutama karena Indonesia kaya akan sumber daya hayatinya, flaura maupun fauna.

Munculnya pandemik Covid-19 di Indonesia, menciptakan tren baru konsumsi minuman herbal yang diyakini dapat meningkatkan imunitas tubuh. Pewacanaan produk obat-obatan dan vitamin berbasis tanaman herbal pun muncul kembali mengingat rantai pasok industri farmasi yang sempat terganggu. Dalam dunia famasi, tanaman obat ini bisa diproduksi menjadi Obat Modern Asli Idonesia (OMAI) yang bisa berstandar Obat Herbal Terstandar (OHT) maupun Fitofarmaka.

Dexa Group telah mengupayakan substitusi penggunaan bahan baku produk farmasinya dengan tanaman herbal asli Indonesia. Mereka telah mengembangkan OMAI sejak 2005, yang juga merupakan bentuk hilirisasi hasil riset dalam negeri. Salah satu produk yang dihasilkan Dexa Group adalah Inlacin. Inlacin merupakan obat diabeters berstandar Fitofarmaka yang menggunakan baku bungur dan kayu manis sebagai bahan bakunya. Produk ini juga telah teruji klinis dan memiliki efikasi yang sama dengan obat diabetes berbahan baku kimia seperti Metformin. Pengembangan produk farmasi berbasi herbal juga dilakukan oleg PT Kalbio Global Medika, salah satu anak perusahaan PT Kalbe Farma Tbk. pabriknya telah tersertifikasi CPOB (cara produksi obat yang baik).

Adapun potensi ketersediaan bahan baku cukup banyak di Indonesia. Dari total sekitar 40.000 jenis tumbuh-tumbuhan obat yang telah dikenal di dunia, 30.000-nya disinyalir berada di Indonesia. Jumlah tersebut mewakili 90% dari tanaman obat yang terdapat di wilayah Asia. Dari jumlah tersebut, 25% diantaranya atau sekitar 7.500 jenis sudah diketahui memiliki khasiat herbal atau tanaman obat, namun hanya 1.200 jenis tanaman yang sudah dimanfaatkan untuk bahan baku obat-obatan herbal atau jamu (PT. Sido Muncul, 2015).

Jika sudah muncul inisiatif dari beberapa industri farmasi dalam negeri untuk pengembangan OMAI ini, maka yang perlu dilakukan pemerintah adalah memberikan dukungan penuh atas upaya diversifikasi produk ini. Menurut Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang,  pemerintah telah memfasilitasi pemberian insentif, di antaranya berupa tax allowance dan tax holiday. Selain itu, super tax deduction juga diberikan bagi industri yang terlibat dalam program pendidikan vokasi dan menciptakan inovasi melalui kegiatan R&D. Selain dukungan insentif, meningkatkan pemahaman masyarakat terkat khasiat dan manfaat fitofarmaka, obat herbal berstandar, dan jamu juga dapat menjadi upaya baik untuk memperkenalkan OMAI pada konsumen Indonesia.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *