Ketahahan energi merupakan salah satu prioritas BUMN saat ini disamping ketahanan pangan juga kesehatan. Sektor energi memang hanya dikelola oleh negara melalui badan usahanya, seperti yang PLN, PGN, dan Pertamina yang kemudian membentuk kluster industri migas dan energi. Perkembangan teknologi dan permintaan pasar yang semakin bervariasi membuat sektor ini tidak tertutup kemungkinan dari perubahan di masa depan. Lalu bagaimana tren energi di masa depan? Mampukah BUMN menangkap strategic inflection point-nya?
Menurut Inc., energi terbarukan merupakan salah satu inflection point yang akan mengubah masa depan selain biologi sintetik dan komputasional. Dapat dikatakan, ideasi energi terbarukan berawal dari salah satu instalasi solar panels yang kemudian menarik perhatian publik ketika diinstal di White house pada tahun 1979. Saat itu biaya instalasi yang diperlukan masih terlalu besar. Satu dekade kemudian, teknologi turbin dan solar panel ini mampu menghasilkan energi yang lebih murah dibandingkan dengan batu bara dan gas di Amerika Utara. Hal ini karena adanya perkembangan material science.
Materials science menjadi sangat esensial dimasa depan dalam sektor energi. Kedepannya teknologi tersebut tidak hanya mampu menciptakan sumber energi terbarukan namun juga menjadi alternatif sumber energi yang lebih murah dari bahan bakar fosil. Taiwan bersama dengan Sweden menginvestasikan USD 8,45 juta ke institusi-institusi di dua negara tersebut untuk grant research dalam pengembangan informasi dan komunikasi, bio-engineering serta material science. Beberapa fokus area dalam program tersebut seperti pengembangan solid-state anode-less lithium battery, cip akselerator, dll.
Dahlan Iskan melalui blog pribadinya menyebutkan bahwa di Taiwan terdapat perusahaan yang telah mampu memproduksi baterai lithium-ion dengan 5 kali lipat kekuatan baterai lithium yang tersedia saat ini dan disebutkan bisa mencapai jarak tempuh 2 juta kilometer. Perusahaan tersebut adalah Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Menurutnya, hampir seluruh kendaraan listrik sudah menggunakan produk baterai buatan CATL, kecuali Panasonic, BYD, Samsung, dan LG. Kepedulian konsumen akan keseimbangan alam nampaknya mendorong tren teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Baterai merupakan salah satu teknologi masa depan yang dapat mendorong penggunaan energi ramah lingkungan tersebut. Hal tersebut diikuti pula dengan tren kendaraan listrik yang mulai tumbuh di pasaran hari ini dan diprediksi akan menjadi kendaraan masal dimasa depan.