Melihat Inovasi di Peternakan Rakyat

Usaha peternakan menjadi salah satu sektor yang mendukung program ketahanan pangan dengan mensuplai kebutuhan protein hewani bagi konsumen. Salah satu kendala yang dihadapi oleh peternak rakyat/peternak mandiri kita adalah besarnya biaya produksi, terutama untuk kebutuhan pakan ternak. Disisi lain, peternak harus berhadapan dengan perusahaan besar yang tentunya jauh lebih efisien produksinya. Dalam kasus peternakan ayam misalnya, 80% pasar nasional dikuasi oleh perusahaan besar. Oleh karena itu, inovasi sangat diperlukan di peternakan rakyat untuk setidaknya dapat menekan biaya produksinya. Terdapat beberapa inovasi di peternak rakyat yang diklaim mampu memperbaiki kondisi usahanya, diantaranya.

  • Inovasi pakan ternak dari limbah makanan dan tepung tempe

Pakan alternatif berbahan dasar limbah makanan telah dikembangkan oleh seorang peternak sapi di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Bahan limbah yang digunakan diantaranya limbah tepung tapioka, dedak, kulit kacang, dan limbah industri minyak kelapa. Pakan ini kemudian mampu menghasilkan sapi dengan bobot ± 800kg dengan kenaikan per hari mencapai 1,5 kg. Sebelumnya, peternak bisa menghabiskan Rp 50.000 per hari untuk setiap ekor sapi, sedangkan setelah menggunakan pakan alternatif, peternak dapat menghemat hingga Rp 15.000 per hari untuk setiap ekor sapi.

Inovasi selanjutnya meski bukan datang dari kalangan peternak rakyat, inovasi ransum pakan ayam kampung berbahan dasar tepung tempe telah teruji lab memiliki manfaat yang sama seperti asam amino sintesis yang terbilang mahal untuk peternak kecil. Selain lebih murah, ransum ini dapat menghasilkan daging yang lebih sehat karena rendah lemak dan kansung protein yang lebih tinggi tanpa kandungan residu antibiotic.

  • Inovasi kandang terkoleksi

Sinatria Farm—salah satu usaha peternakan domba di Sleman, Yogyakarta yang menerapkan konsep kendang terkoleksi. Sistem kandang ini mampu memanfaatkan seluruh potensi yang ada di ternak, dimana seluruh kotoran (padat maupun cair) akan dikumpulkan dalam satu area  di bawah kandang untuk kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik tanaman. Dengan sistem kandang ini, hanya dibutuhkan satu pekerja untuk tiap bloknya, kawasan peternakan menjadi lebih bersih, dan ternak lebih sehat.

  • Inovasi alat penetas telur dengan sumber energi gas elpiji

Di Jember, alat bantu penetas telur berenergi gas elpiji dengan lampu bohlam sebagai pemanasnya telah diterapkan di salah satu peternak itik. Alat ini adalah hasil kerja sama peternak dengan Politeknik Negeri Jember. Tingkat keberhasilan penetasan dengan alat ini mencapai 80% dan lebih tinggi dibandingkan penetasan secara manual yang umunya hanya 40%. Alat ini juga bisa menghemat penggunaan biaya operasional yang awalnya berkisar Rp 1,7 juta menjadi hanya Rp 300 ribu.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *