Era transformasi teknologi digital saat ini memaksa perusahaan atau organisasi untuk terus melakukan inovasi. Inovasi menjadi cara bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan daya saing usahanya di tengah ketidakpastian. Organisasi eksperimentasi dapat menjadi konsep yang tepat diterapkan di perusahaan Indonesia terutama bagi perusahaan minim inovasi, sehingga bisa meningkatkan daya saing produknya di kancah global.
Tentu saja, inovasi bukanlah proses yang mudah. Untuk bisa menemukan hasil yang sesuai, eksperimen perlu dilakukan, bisa jadi sekali namun lebih sering butuh percobaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, gagal bukan berarti terhenti. Organisasi perlu untuk menumbuhkan learning mindset sehingga talenta dapat selalu mengambil pelajaran atas setiap persoalan yang ditemuinya. Organisasi juga perlu menunjukan secara nyata bahwa mereka mendorong adanya proses eksperimentasi dan tidak ada hukuman bagi mereka yang gagal.
“Mewajarkan” kegagalan bukan berarti oraganisasi bertindak tanpa perencanaan. Eksperimentasi tetap saja memerlukan perencanaan. Terdapat 3 tahapan yang akan menuntun bagaimana cara melakukan eksperimentasi dan prinsip yang harus ada pada tiap tahapannya. Step-step ini kemudian disebut sebagai Experimentation Wheel.
Proses eksperimentasi dimulai dengan merumuskan hipotesis yang terukur. Hipotesis dapat diperoleh melalui proses review atas data yang ada serta observasi dan eksperimen terdahulu; brainstorming dilakukan untuk mencari ide-ide baru; terakhir, hipotesis dirumuskan dengan prinsip bahwa ia harus bisa diuji dan terukur. Kedua, membangun model eksperimentasi yang digunakan untuk menguji kondisi nyata dan memperoleh feedback atas hasil yang ada. Prinsipnya, model yang disusun harus bisa merepresentasikan kondisi nyata dari situasi yang akan diuji. Langkah ketiga, melakukan analisis atas hasil eksperimentasi yang keluar. Singkatnya, di tahapan ini seorang eksperimenter atau innovator diuji kemampuannya dalam belajar dan menganalisis hasil eksperimentasi, apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan tujuan? Apakah bukti yang ada sudah cukup kuat? Atau apakah hipotesis dan model eksperimentasi harus susun ulang?
Sama halnya dengan proses eksperimentasi yang memerlukan step-step tertentu, dalam mewujudkan organisasi eksperimentasi juga memiliki tahapan-tahapan yang perlu dilalui. Mengubah organisasi yang sudah memiliki sistem manajerial dan mindset lama yang tertanam di dalamnya untuk kemudian menjadi lebih taktis, sigap, dan berani dalam eksperimentasi tidaklah mudah. Oleh karena itu diperlukan kedewasaan organisasi dalam menerima perubahan sistem manajerial yang mungkin terjadi untuk menjadi experimentation organization.
Pada tahap pertama, organisasi baru sampai pada tahap peduli atau meyakini bahwa proses eksperimentasi penting dilakukan di dalam perusahaannya untuk meningkatkan inovasi dan daya saing usahanya. Mereka melakukan eksperimen tapi belum bisa menggunakan framework yang ketat. Eksperimen dilakukan hanya berdasarkan pengalaman, intuisi, dan observasi. Kedua, oraganisasi percaya bahwa framework dan tools yang ketat dan tepat penting untuk diterapkan. Mereka sudah menerapkan pengujian yang terukur namun dampak yang dihasilkan masih relative kecil bagi perusahaan.
Ketiga, organisasi mulai membuat komitmen untuk mengerahkan sumber daya yang dimilikinya untuk semaksimal mungkin dalam melakukan eksperimentasi. Mereka sudah mampu menggunakan eksperimentasi sebagai inti pembelajaran dan alat untuk mengambil keputusan. Keempat, organisasi menyadari bahwa pengujian skala besar adalah kunci untuk mendapatkan dampak yang nyata pada bisnis. Mereka memperluas penerapan eksperimentasi pada seluruh bagian di perusahaanya, SDM yang ada juga dikerahkan semaksimal mungkin untuk dapat memperoleh pembelajaran dan akses jaringan ke eksternal. Dan terakhir, anggota tim diberdayakan untuk mampu merancang dan menjalankan eksperimentasinya sendiri, perusahaan hanya cukup menyediakan tools dan framework eksperimentasi.
Artikel ini bersumber dari e-book: “Experimentation Works: The Surprising Power of Business Experiments” by Stefan H. Thomke, Harvard Business Review Press (2020)