Technology adoption terkait bagaimana sebuah negara melakukan pengembangan teknologi baru dan mengembangkan talent yang diasosiasikan dengan teknologi baru tersebut. Dalam hal ini adalah teknologi industri 4.0 seperti artificial intelligence dan IoT. Teknologi baru sangat penting bagi sebuah perusahaan agar dapat menghasilkan produk secara lebih efisien dan menghasilkan produk dengan kualitas lebih baik.
Berdasarkan data Global Talent Competitiveness Index pada tahun 2020, kapasitas adopsi teknologi Indonesia cukup rendah apabila dibandingkan negara-negara tetangganya, seperti Malaysia. Pada aspek technology utilization Indonesia berada pada peringkat 29, sedangkan Malaysia ada di ranking 14. Pada aspek investment in emerging technologies, Indonesia ada di peringkat 27, padahal Malaysia ada di peringkat 12. Dibandingkan negara lainnya, Indonesia cukup jauh dalam hal robot density, yaitu 46. Sedangkan, Malaysia ada di peringkat 26 di dunia.
Lalu, mengapa negara tetangga seperti Malaysia mampu mengadopsi teknologi lebih cepat dan lebih baik dibandingkan Indonesia? Jawabannya terlihat dari bagaimana pemerintah, industri, dan struktur ketenagakerjaan di sebuah negara merespon pentingnya pengembangan teknologi baru dan mempersiapkan masyarakatnya untuk beradaptasi.
Seperti Malaysia yang memiliki Malaysia Productivity Blueprint yang mencakup bagaimana mengembangkan teknologi baru serta menyiapkan angkatan kerjanya. Dalam blueprint tersebut telah disusun lima strategi utama untuk meningkatkan produktivitas dari level nasional hingga daerah. Salah satu fokus utamanya yaitu: driving digitalization and innovation. Langkah tersebut mencakup dua inisiatif nasional, yaitu memperkuat kesiapan, pengetahuan, dan adopsi teknologi di seluruh sektor perusahaan. Kedua, memperkuat digitalisasi di tingkat usaha kecil dan menengah melalui e-commerce dan adopsi teknologi yang inovatif.
Pemerintah Malaysia mendorong perusahaan untuk mengadopsi teknologi industry 4.0 dengan mendukung partnership antara industri domestik dengan world-class technical players di sektor prioritas seperti elektronik dan manufaktur. Selanjutnya adapula dukungan pendanaan untuk perusahaan yang melakukan pengembangan teknologi 4.0 agar mempersiapkan tenaga kerjanya. Bentuk dukungan yang diberikan yaitu program re-skilling dan up-skilling tenaga kerja untuk beradaptasi dengan teknologi industry 4.0.
Lebih luas lagi, ada pula dukungan untuk sektor R&D dalam pengembangan teknologi industry 4.0 dan mendukung tranformasi industri di Malaysia. Harapannya teknologi tersebut akan lebih terjangkau dan mendukung perusahaan agar mampu mengadopsi teknologi tersebut.