Peran BUMN Indonesia dalam Mendorong Spillover PMA

Studi Guo Bin (2005) memberikan banyak pelajaran penting bagi Indonesia jika ingin menjadi BUMN sebagai katalis spillover dari PMA. Pertama, pengembangan teknologi di BUMN kelas besar dan menengah berkontribusi pada profitabilitas dari perusahaan di sektor BUMN dan Non BUMN, namun penerima manfaat utama dari efek spillover tersebut lebih kepada perusahaan di sektor manufaktur labour-intensive dibandingkan sektor technology-intensive. Di tahun 1990an, difusi pengetahuan dan transfer teknologi antara BUMN kelas besar dan menengah ke perusahaan non BUMN bukan kelas besar dan menengah terjadi melalui perpindahan ahli teknologi profesional ke perusahaan non besar dan menengah, reverse engineering dan technology copying. Pada periode tersebut, perusahaan swasta melakukan perekrutan besar-besaran tenaga teknis profesional dari BUMN, yang memiliki keahlian teknologi dengan biaya yang sangat rendah untuk sektor non BUMN. Metode rekrutmen tenaga profesional, reverse engineering dan technology copying merupakan cara yang efektif untuk meraih manfaat spillover bagi perusahaan Non BUMN di sektor labour-intensive, namun tidak bagi sektor technology intensive.

Guo Bin (2005) menunjukan bahwa di sektor technology-intensive, asimilasi teknologi asing ke perusahaan lokal bergantung pada kapasitas perusahaan lokal, sehingga sulit bagi perusahaan kecil non BUMN untuk meraih manfaat spillover teknologi tersebut karena terbatasnya kapabilitas penelitian dan pengembangan yang selanjutnya membuat kapasitas serap perusahaan juga rendah. Hal ini menunjukan penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian pada kapasitas serap dan penelitian dari perusahaan domestik untuk meraih manfaat penuh dari spillover teknologi perusahaan asing.

Selanjutnya, Guo Bin (2005) dalam penelitiannya menunjukan bahwa pengembangan teknologi perusahaan besar dan menengah yang dibiayai asing (PMA) berdampak tidak langsung terhadap produktivitas dan profitabilitas perusahaan non besar dan menengah (Guo Bin, 2005). Dampak tidak langsung tersebut ditunjukan melalui dua hal, pertama PMA membawa sistem manajemen yang lebih efektif dan lebih maju ke perusahaan lokal melalui efek demonstrasi. Kedua, pertama-tama teknologi yang dibawa masuk oleh PMA dan teknologi yang diimpor oleh BUMN akan terasimiliasi dengan BUMN kelas besar dan menengah dan selanjutnya akan ditransfer ke BUMN non besar dan menengah melalui perpindahan tenaga kerja profesional, imitasi dan technology copying. Hanya keberhasilan asimilasi teknologi oleh BUMN besar dan menengah yang mampu membuat perusahaan non BUMN bukan kelas besar dan menengah menggunakan teknologi asing secara efisien dan efektif, meskipun tidak memiliki kapasitas serap yang relatif cukup. Hal tersebut menunjukan bahwa peran dari BUMN besar dan menengah dalam menyerap teknologi asing berperan sangat penting dalam memastikan terjadinya transfer teknologi yang dapat dinikmati oleh semua perusahaan, baik perusahaan lokal dan perusahaan kecil.

Dengan mempelajari bagaimana peran dari PMA bagi BUMN di Tiongkok, Indonesia dapat mengambil pelajaran penting dimana BUMN Indonesia dalam menjadi agen penyebaran pengetahuan dan teknologi dalam menerima manfaat spillover dari FDI. Dari Indonesia, aspek kapasitas serap, senjang teknologi, sumber daya manusia serta pengeluaran dan penelitian berpengaruh penting dalam menjamin terjadi spillover dari PMA. Dari BUMN Tiongkok, BUMN menjadi agen penyebaran teknologi pertama yang menerima spillover PMA dari perusahaan asing dan selanjutnya mentransfer teknologi tersebut melalui perpindahan tenaga kerja profesional, reverse engineering dan technology copying. Berikut adalah mekanisme spillover teknologi yang dapat diterapkan agar BUMN menjadi agen penyebaran transfer teknologi ke perusahaan domestik

Diagram Peran BUMN dalam Mendukung Spillover PMA

Sumber: Penulis, 2019

BUMN di Indonesia menjadi agen utama dalam melakukan transfer teknologi ke perusahaan domestik di Indonesia. Untuk memastikan agar spillover dari PMA ke BUMN terjadi, maka BUMN perlu memastikan kapasitas serap yang dimiliki telah cukup baik untuk menyerap teknologi asing. Kapasitas serap dapat ditingkatkan melalui dua hal, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta peningkatan kapabilitas penelitian dan pengembangan. Ketika BUMN Indonesia menerima teknologi dari PMA, maka Indonesia perlu memodifikasi teknologi tersebut melalui penelitian dan pengembangan. Kapasitas serap bukan satu-satunya akses yang perlu diperhatikan, namun ada juga unsur keterbukaan perdagangan serta kemudahan meraih input. Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan manufaktur yang berada di iklim perdagangan yang lebih terbuka dapat menerima manfaat spillover yang lebih besar, sehingga penting bagi pemerintah Indonesia untuk memastikan keterbukaan tersebut agar BUMN mampu menyerap spillover yang lebih besar.

Ketika BUMN telah mampu menyerap kapasitas teknologi dari asing, maka BUMN dapat melakukan transfer teknologi tersebut ke perusahan domestik. Transfer teknologi dari BUMN ke perusahaan domestik dapat dilakukan melalui perpindahan tenaga kerja profersional dari BUMN ke perusahaan non BUMN, reverse engineering dan technology copying.

*Artikel ini merupakan bagian dari Mini Ebook Forbil Series dengan judul “Peran BUMN dalam mendorong Spillover Penanaman Modal Asing”

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *