Kebijakan UMKM Tiongkok : Bagaimana UMKM Menjadikan Tiongkok Raksasa Ekonomi Dunia 

Tiongkok mencatat 80% lapangan kerja merupakan sumbangsih dari UMKM pada tahun 2021. Angka ini sangat besar jika merunut dengan sejarah Tiongkok yang tidak bersahabat dengan iklim wirausaha pada dekade-dekade sebelumnya juga jumlah penduduk yang mencapai 1,2 miliar. Lantas bagaimana Tiongkok kemudian menjadi kekuatan ekonomi di dunia melalui UMKM? 

Pertama, Kebijakan UMKM di Tiongkok membagi 2 kategori yaitu kecil dan menengah di mana masing – masing dibedakan dengan spesifikasi industri, jumlah pekerja, total aset, dan pendapatan. Secara umum pembedaan tersebut diilustrasikan ke dalam tabel di bawah ini berdasarkan Peraturan Promosi UMKM Tiongkok Tahun 2003

UkuranIndustriUkuran KaryawanTotal AsetPendapatan
KecilIndustri<300<40 Juta Yuan<30 Juta Yuan
Konstruksi<600
Grosir<100
Retail<100<10 Juta Yuan
Transport<500<30 Juta Yuan
Ekspedisi<400
Hotel & Restoran<400
MenengahIndustri300 – 200040 Juta Yuan – 400 Juta Yuan30 Juta Yuan – 300 Juta Yuan
Konstruksi600 – 3000
Grosir100 – 200
Retail100 – 50010 Juta Yuan – 150 Juta Yuan
Transport500 – 300030 Juta Yuan – 300 Juta Yuan
Ekspedisi400 – 1000
Hotel & Restoran400 – 80030 Juta Yuan – 150 Juta Yuan

Melalui perbedaan spesifikasi tersebut, Tiongkok kemudian tidak hanya bertujuan “mengklasterisasi” UMKM dalam dua kelas saja yaitu “kecil” dan “menengah” melainkan ke dalam sub-kelas yang lebih detail sehingga pemerintah bisa mempunyai gambaran prioritas kebijakan sesuai kebutuhan yang bersifat real dan memang dibutuhkan oleh sektor tertentu.

Selain daripada klasterisasi UMKM, Tiongkok juga mempunyai beberapa fokus utama kebijakan yang mampu merangsang tumbuhnya UMKM. Menurut ADB pada Strategies for the people’s Republic of China’s Small and Medium Enterprise Development within the National Innovation System adapun pertama fokus Tiongkok melalui investasi sumber daya yang mendukung inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung industrialisasi ekonomi sehingga bisa menghasilkan teknologi yang berguna untuk diaplikasikan bagi UMKM. Kedua, adalah kebijakan industrialisasi berbasis sumber daya yang tersedia, di mana pada tahap awal Tiongkok  memfokuskan pada pengembangan industri yang sesuai dengan ketersediaan sumber daya yang ada sehingga unit usaha yang berkembang bersifat tepat guna. Ketiga, Tiongkok menciptakan ekosistem jaringan berbasis industri/usaha strategis sehingga masing – masing sektor bisa mendapatkan manfaat dari perkembangan teknologi hingga akses pasar. Keempat, dukungan terhadap kebijakan monopolostically competitive trade di mana Tiongkok merangsang pertumbuhan UMKM di sektor yang sama namun tidak identik, sehingga masing – masing dari mereka kemudian bersaing namun dibedakan dengan kemampuan produksinya dalam memenuhi pasar.

Sebagai tambahan, menurut laporan OECD pada tahun 2020, Tiongkok sangat konsen pada kebijakan pembiayaan UMKM secara spesifik sesuai kategori dan tahap perkembangan. Sebagai contoh, pada tahun 2015 Tiongkok menciptakan National SME Development Fund sebagai venture capital yang fokus pada pembiayaan UMKM pada tahap early-stage dan seed-stage. Dan National Guide Fund for Venture Investment in Emerging Industries yang fokus pada pembiayaan unit usaha di sektor high-tech. Selain dukungan pendanaan, pemerintah Tiongkok juga fokus pada reformasi birokrasi hingga kebijakan pelonggaran aturan bagi UMKM. Hal ini tidak hanya berdampak pada mudahnya akses pendanaan saja, namun berhasil menjadikan Tiongkok sebagai negara dengan indeks kemudahan berbisnis nomor 32 di dunia di mana pada tahun 2018 tercatat rata – rata terdapat 18.300 unit usaha baru tiap harinya, sebagai perbandingan India sebagai saingan terdekat Tiongkok sendiri baru berhasil menghasilkan 1000-1100 unit usaha baru tiap harinya.

Cepatnya pertumbuhan Tiongkok yang didasarkan pada UMKM juga berkaitan dengan karakteristik sosial yang ada. Menurut Ravi Venkatesan sebagaimana cepatnya pertumbuhan UMKM di Tiongkok karena karekteristik kapitalisme kemudian tumbuh dari bawah. Hal ini yang kemudian terbaca oleh pemerintah Tiongkok untuk kemudian melahirkan kebijakan yang bersifat kolaborasi melahirkan ekosistem yang ramah untuk UMKM/unit usaha antara Pemerintah Tiongkok yang mempunyai sifat institusi yang kuat dengan sistem ekonomi pasar. Pada contoh Tiongkok, pemerintah justru menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan pasar bukan justru sebaliknya.Fokus menciptakan ekosistem yang kondusif inilah yang memang menjadikan Tiongkok unggul dalam persaingan ekonomi global. Pada contoh kasus bagaimana Tiongkok menjadi kekuatan ekonomi dunia melalui UMKM, pada dasarnya Indonesia bisa belajar banyak hal karena adanya kesamaan karakteristik di mana kedua negara sama – sama mempunyai kekuatan di sektor UMKM yang cukup kuat, Indonesia hanya butuh kesabaran karena bagaimanapun juga Tiongkok telah memulai lebih dahulu usaha menciptakan ekosistem yang kondusif bagi UMKM. Jika Indonesia menerapkan kebijakan secara sempurna di sektor seperti kerjasama antar sektor UMKM dalam memperkuat rantai pasok, efisiensi teknologi, dan akses pasar, bukan tidak mungkin Indonesia juga mampu menjadi kekuatan ekonomi global melalui UMKM mengingat terdapat puluhan juta UMKM yang ada di Indonesia dan menjadi tulang punggung ekonomi.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *