Lemahnya kinerja ekspor Indonesia berkaitan dengan birokrasi. Kepala University Network for Indonesia Export Development (UNIED) Arif Satria menyampaikan bahwa para pengusaha mengharapkan adanya perbaikan birokrasi di Indonesia. Hasil penelitian dari UNIED menunjukan bahwa 27% menginginkan percepatan dan perbaikan birokrasi, 22% adanya sistem aplikasi CEISA (Customs-Excise Data Network) dan 3,23% meminta pengurangan pajak dan bea masuk.
Berbagai penelitian ekonomi telah menunjukan bahwa faktor kualitas birokrasi atau institusi mempengaruhi kinerja ekspor. Lue et al (2009) menjelaskan mengenai dampak dari corporate governance dan institutional environment terhadap perilaku ekspor perusahaan di China. Mereka menemukan bahwa dalam sampel perusahaan China, semakin baik kualitas dari institusi di lingkungan perusahaan tersebut, maka propensitas ekspornya semakin baik pula.
Sumber: World Bank Enterprises Survey, 2015
Survei terhadap perusahaan manufaktur di Indonesia, Vietnam dan Malaysia dapat memberikan gambaran mengenai perbandingan kualitas institusi antar negara. Hasil survei menunjukan bahwa 93% dan 73% pengusaha Indonesia berekspektasi untuk memberikan “hadiah” untuk mengamankan kontrak dari pemerintah dan mendapatkan lisensi impor, bandingkan dengan Malaysia yang sebesar 86,7% dan 28% serta Vietnam dengan 77,3% dan 45,6%. Hasil survei tersebut menunjukan dalam indikator mengenai suap, lebih dari satu pertiga pengusaha Indonesia setidaknya pernah merasakan satu kali suap. Reformasi birokrasi dibutuhkan agar Indonesia mampu meningkatkan kebijakan ekspornya. Lantas apa dan bagaimana kebijakan birokrasi yang dibutuhkan?
Bank Dunia (2019) memberikan berbagai pelajaran berharga untuk membangun birokasi seefisien mungkin. Menurut Daniel Rogger, salah satu sumber pelajaran birokrasi terbaik selama lima dekade terakhir adalah James Bond. Mengapa James Bond? Jika kita perhatikan di berbagai filmnya, pendekatan yang dilakukan James Bond berakar pada autonomi, berorientasi misi, mencari informasi yang detail berbasis pada kasus per kasus dan budaya hubungan yang profesional.
Kebijakan yang harus disusun untuk meningkatkan ekspor dapat dimulai dari perbaikan birokrasi Indonesia. Perbaikan birokrasi dapat meningkatkan transparansi serta kemudahan bagi para eksporitir untuk melakukan ekspor di Indonesia. Lantas kebijakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki birokrasi dan institusi di Indonesia? Menurut hemat saya, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistem insentif dari pegawai negeri.
Penelitian OECD (2007) menunjukan berbagai hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dari sektor publik, yaitu meningkatkan desentralisasi, menguatkan tekanan kompetitif, mentransfromasi struktur kerja, merubah praktek dan prosedur anggaran dan menekankan pendekatan berbasis hasil di bidang keuangan dan manajemen. Namun, hal yang akan dibahas secara spesifik adalah sistem insentif untuk meningkatkan kinerja pegawai negeri.
Roggers (2019) memberikan rekomendasi mengenai sistem insentif yang mampu meningkatkan outcome dari birokrat. Pertama, pegawai negeri yang memiliki kinerja yang baik diberikan insentif dimana mereka dapat memilih penempatan atau program kerja sesuai keinginannya dan sistem tersebut berhasil meningkatkan outcome. Contoh dari kesuksesan penerapan sistem tersebut ada di India, dimana polisi diberikan insentif untuk memilih lokasi atau penempatan sesuai keinginan mereka dan sstem tersebut berhasil meningkatkan kualitas dari kepolisian. Kebijakan yang selanjutnya perlu diambil adalah penignkatan kulaitas manajemen dimana pada pegawai lebih termotivasi ketika manajer bekerja secara efektif, sehingga pengawasan terhadap praktek manajerial di berbagai divisi memiliki dampak yang substansial pada kualitas jasa dari pegawai negeri.
Perbaikan insentif bagi pegawai akan meningkatkan kualitas birokrasi dan selanjutnya mampu meningkatkan kualitas iklim bisnis dan ekspor. Marwah utama dari birokrasi adalah pegawainya, sehingga memastikan bahwa insentif yang diberikan mampu memacu semangat dari pegawai negeri menjadi penting.