Menurut data BPS (2019), jumlah petani muda di Indonesia mengalami penurunan pada periode 2017-2018 menjadi 415 ribu orang. Hanya ada sekitar 8 % petani muda yang berusia antara 20-39 tahun dari total 33,4 juta petani di Indonesia. Sebelumnya, pada 2017 pemerintah telah memiliki 6 strategi agar terjadi regenerasi petani yang terdiri dari transformasi pendidikan vokasi pertanian, inisiasi program pertumbuhan wirausaha muda pertanian, pelibatan pemuda tani untuk mengintensifkan pendampingan, memfokuskan KUB pertanian bagi petani muda, memberikan pelatihan dan magang bagi petani muda, serta melakukan optimalisasi penyuluh untuk mendorong tumbuhnya petani muda.
Petani muda sendiri diyakini sebagai ujung tombak bagi revolusi sistem pertanian. Hasil survei dari CEJA melaporkan bahwa anak muda tidak hanya berperan dalam memproduksi pangan tapi juga memastikan adanya keberlanjutan lingkungan. Digitalisasi menjadi kunci untuk meningkatkan produksi pangan mengingat keterbatasan sumber daya, seperti lahan pertanian yang semakin berkurang, kondisi krisis seperti covid-19 dan krisis iklim, serta peningkatan populasi penduduk di masa depan yang juga membutuhkan peningkatan pasokan pangan. Sejalan dengan digitalisasi, petani muda sangat diperlukan sebagai inovator dan operator teknologi tersebut.
Krisis petani muda juga dialami negara-negara Eropa yang hanya berjumlah 11% dari total petaninya. Sama halnya dengan Indonesia, EU Agriculture juga mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mendorong munculnya petani muda di tahun 2017. Kebijakan tersebut terdiri dari dua jenis yaitu income support dan rural development fund. Income support yaitu program bantuan dari pemerintahan EU dalam bentuk young farmer payment (YFP) dengan mengalokasikan lebih dari 2% dari total alokasi income support funding untuk YFP. Selanjutnya, sejumlah 1 miliar euro dialokasikan untuk program rural development programmes yang dapat berupa hibah, pinjaman, atau jaminan untuk mendorong petani muda memasuki sektor pertanian.Mereka juga mengalokasikan 10 miliar euro untuk program riset dan inovasi pertanian bagi petani muda.
Nampaknya, strategi-strategi di atas belum mampu untuk meningkatkan jumlah petani muda di Indonesia maupun Eropa. Meski begitu, saat ini telah muncul beberapa startup teknologi di sektor pertanian yang juga diinisiasi oleh generasi milenial. Di Indonesia, startup seperti TaniHub, Dcoding, 8villages, e-Fisheries, dsb telah menunjukkan adanya inovasi teknologi di sektor pertanian Indonesia. Kedepannya, pemerintah harus terus mendorong munculnya petani muda yang kemudian mampu mengoperasikan teknologi tersebut serta menjadi inovator-inovator pangan masa depan untuk memenuhi kebutuhan pangan masa depan dengan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan.