Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 700 perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di seluruh wilayah indonesia. Total luas lahan sawit sekitar 14.68% juta hektar, dimana 40% nya dimiliki oleh petani kecil. Produksi kelapa sawit secara nasional selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga membuat potensi pengembangan sawit juga meningkat. Mayoritas produksi sawit Indonesia diekspor dan menghasilkan devisa lebih dari 20 milyar USD per tahun.
Beberapa hal menarik dari kelapa sawit yaitu kelapa sawit bukanlah penyebab deforestasi. Konvensi hutan primer untuk pemanfaatan lain telah dimulai sebelum ekspansi perkebunan kelapa sawit dimulai. Perkebunan sawit tumbuh dan menempati lahan yang sudah terdegradasi. Menariknya, kelapa sawit justru mengubah lahan terdegradasi menjadi area produktif. Perkebunan kelapa sawit yang dikonversi langsung dari hutan produksi hanya sekitar 3%.
Area produktif kelapa sawit membuat terjadinya peningkatan produksi perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya selalu menyisakan limbah industri sawit atau biomassa. Keberadaan biomassa ini sering menjadi masalah jika dibuang atau dibiarkan begitu saja. Padahal biomassa sawit bisa mendatangkan manfaat untuk berbagai keperluan seperti diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan, termasuk menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik.
Produk sampingan kelapa sawit dikenal banyak kalangan sebagai bahan baku yang baik untuk bahan bakar pada pembangkit listrik. Banyak negara di dunia ini yang mulai beralih ke biomassa sawit karena merupakan sumber bahan bakar yang ramah lingkungan dan terbarukan. Banyak ragam biomassa sawit, termasuk di antaranya tandan buah kosong, serat buah, cangkang, batang pohon, pelepah serta Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah cair kelapa sawit. Dari semua biomassa sawit yang ada, sebanyak 70% merupakan pelepah pohon sawit, sedangkan tandan buah kosong mencapai 10% dan batang sawit mencapai 5%.
Sebanyak 89% dari total biomassa yang dihasilkan umumnya digunakan sebagai bahan bakar, mulsa, dan pupuk. Biomassa juga bisa diubah menjadi bio batubara sebagai pengganti batu bara. Penggunaan bio pelet atau bio batubara untuk bahan bakar pembangkit listrik lebih ramah lingkungan karena bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Pembangkit listrik berbahan bakar biomassa juga bisa diintegrasikan dengan pabrik pengolahan kelapa sawit sehingga menjadi sumber energi terbarukan selalu tersedia. Keberadaannya sekaligus juga mendatangkan manfaat besar bagi masyarakat.