Saatnya Mengimplementasikan AgriTech di Indonesia

Michale Kremer dan Gilbert F. Houngbo dalam artikelnya yang berjudul “Building Forward with Digital Agriculture” menekankan pentingnya investasi teknologi untuk membangun petani, khususnya petani skala kecil. Apalagi dengan adanya pandemi COVID-19, transformasi digital hampir terjadi di seluruh lini kehidupan manusia dan petani tentunya tidak boleh dilupakan, khususnya di Indonesia sendiri. Penelitian dari CompassList (2020) menunjukan bahwa di Indonesia aa sekitar 40,5 juta penduduk yang bekerja di bidang pertanian. Penelitian tersebut turut menunjukan bahwa 9 dari 10 petani kecil dan nelayan yang tinggal di desa kekurangan akses terhadap pendidikan, pembiayaan dan infrastruktur dasar seperti infrastruktur sanitasi, air minum dan listrik. Petani dengan skala kecil ini masi menggunakan metode pertanian tradisional yang justru menyebabkan hasil panen stagnan dan menurun (CompassList, 2020). Sudah saatnya petani Indonesia, khususnya dalam skala kecil diberikan fasilitas dan dukungan agar menggunakan teknologi canggih yang dapat membantu meningkatkan produktivitasnya.

CompassList (2020) baru saja menerbitkan laporan yang berjudul “Indonesia Agritech Report 2020” yang menunjukan berbagai startup di Indonesia yang mampu merevolusi sektor pertanian dan perikanan Indonesia. Dalam laporan tersebut, ditunjukan beberapa startup yang memiliki fokus pada bidang agritech, yaitu penggunaan teknologi di sektor pertanian dan budidaya perikanan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, kualitas, profitabilitas dan tidak kalah penting adalah aspek berkelanjutan. Model agritech startup tersebut menurut CompassList (2020) dibagi menjadi empat sektor yang terdiri dari kategori pembiayaan, kategori e-commerce, kategori pendidikan dan bimbingan serta kategori pengembangan teknologi. Salah satu startup yang dibahas dalam laporan CompassList (2020) adalah TaniHub.

Startup pertama yang dibahas adalah Startup TaniGroup yang dibagi menjadi TaniHub, TaniFund dan TaniSupply. Fokus utama dari TaniGroup ini dibagi menjadi kategori peer-to-peer Lending, pendidikan dan bimbingan serta E-Commerce. Startup ini mendapatkan pendanaan Series A sebesar $10m dari Openspace, Golden Gate Ventures, Intudo Ventures dan DFS Lab. Dari bisnisnya sendiri, platform TaniHub merupakan platform online dimana petani dapat menjual produknya langsung ke konsumen. Selanjutnya, TaniGroup melakukan ekspansi bisnisnya ke TaniFund, yaitu platform crowdlending yang menyalurkan pendanaan dari investor retail ke berbagai proyek pertanian. Menariknya, dana yang dikumpulkan dari TaniFund tidak diberikan secara kas ke petani, namun digunakan untuk membeli berbagai peralatan dan sumber daya yang dapat digunakan petani, dari penanaman, panen maupun saat berdagang. Bentuk pembinaan yang dilakukan TaniFund ke petani dilakukan melalui tim lapangan dari TaniFund. Laporan dari CompassList (2020) menunjukan bahwa pada November 2019, TaniGroup meluncurkan unit bisnis baru yang bernama TaniSupply, dengan fokus membeli produk dari petani TaniFund dan petani kecil lainnya serta menyimpan produk tersebut.

Inovasi teknologi melalui e-commerce serta adanya bimbingan tentu berdampak positif bagi petani Indonesia, khususnya petani skala kecil. Adanya e-commerce khusus petani ini tentu memutus rantai middlemen yang selama ini kurang menguntungkan bagi petani. Tantangan selanjutnya bagi Indonesia adalah bagaimana agar adopsi e-commerce ini bisa dilakukan secara masif.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *