Saatnya Sistem Pangan Indonesia Berinovasi

Data World Food Program menunjukan bahwa status darurat pangan di Indonesia di 2020 telah memasuki skala moderat setelah sebelumnya berkutat pada ancaman yang serius. Yang terparah dari ancaman kelaparan di Indonesia adalah risiko balita stunting. Data di tahun yang sama menunjukan bahwa rata-rata terdapat 22,7% anak dibawah umur 5 tahun yang menderita stunting. Kemudian, terdapat 11,7% balita yang memiliki berat badan dibawah normal, serta 2,5% yang meninggal akibat kekurangan nutrisi dan lingkungan yang tidak sehat. Selebihnya, masih terdapat 8,3% dari total populasi masyarakat Indonesia yang masih belum bisa memenuhi asupan nutrisinya.

<9.9 (low)10.0-19.9 (moderate)20.0-34.9 (serious)35.0-49.9 (alarming)>50.0  (extremely alarming)

Ancaman kelaparan ini terjadi jika pasokan pangan (kalori dan nutrisi) tidak dapat mencukupi kebutuhan seluruh warganya, untuk kemudian dapat tumbuh dengan sehat. WFP sendiri mengkategorikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan ancaman kelaparan disuatu negara. Pertama, sektor pertanian yang masih bergantung pada alam mengakibatkan produksi pertanian tidak dapat maksimal, terutama karena adanya ancaman perubahan iklim. Kedua, faktor sumber daya pendukung usaha pertanian juga mempengaruhi produksi pangan. Di Indonesia luas area lahan sawah telah berkurang dari yang sebelumnya 7,74 juta hektar pada tahun 2017 menjadi 7,1 juta hektar pada 2018. Selain lahan, praktik pertanian yang tidak efisien juga mengakibatkan pemborosan di satu sisi dan disisi lain justru terdapat daerah yang mengalami kelangkaan, sebagai contohnya pada pengguaan air. Ketiga, risiko adanya hidden hunger atau individu mengalami kekurangan mikronutrien. Hal ini sebagian besar diakibatkan pola diet yang seragam. Dan keempat, dikarenakan daya beli konsumen yang rendah sehingga tidak mampu membeli pangan bernutrisi.

Food system adalah sistem terintegrasi yang menggabungkan faktor teknikal budidaya, ekonomi, sosial, lingkungan, dan pelaku usaha pertanian/pangan untuk kemudian dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Menurut The International Food Policy Research Institute, ada tiga pokok inovasi yang harus dilakukan untuk dapat menyelesaikan persoalan pasokan pangan tersebut, termasuk kesejahteraan manusia dan keberlangsungan ekosistem. Ketiganya yaitu inovasi teknologi, inovasi kebijakan, dan inovasi kelembagaan.

Inovasi di tingkat petani dapat memerankan peran penting karena mereka yang paling tahu kondisi pertanian garapannya sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi pertanian dan memastikan ketersediaan pangan sejak dari awal. Dari segi kebijakan pemerintah dapat berinovasi dengan memberikan semacam insentif atau subsidi bagi petani dengan komoditas bernilai gizi tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan keterjangkauan pangan beragam di tingkat konsumen. Terakhir, kelembagaan petani seringkali jadi momok di Indonesia sehingga inovasi sangat diperlukan. Inovasi kelembagaan petani dapat ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi pertanian dengan melibatkan teknologi yang terkelola dengan baik di bawah kelembagaan, begitupula untuk pemasaran.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *