Ekspor otomotif Indonesia Meningkat, Benarkah?

Sektor industri manufaktur adalah salah satu ujung tombak ekspor Indonesia. Dua dari lima ekspor terbesar Indonesia dari tahun ke tahun adalah manufaktur, salah satunya produk otomotif.  Indonesia merupakan salah satu pemain besar dalam pasar otomotif Asia terutama untuk kendaraan transportasi (HS 8703). Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar keenam di Asia di bawah Jepang, Korea Selatan, Thailand, China, dan India.

Grafik di atas menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai ekspor Indonesia dari tahun 2015-2018.

Importir terbesar Indonesia untuk HS 8703 sebagian besar adalah negara-negara yang berada di Asia.

Diagram di atas menunjukkan 5 negara tujuan ekspor Indonesia untuk HS 8703. Terlihat bahwa Filipina menjadi negara yang paling banyak mengimpor produk dengan HS 8703 dari Indonesia dan setiap tahunnya cenderung meningkat. Selanjutnya ada Arab Saudi, Vietnam, Thailand, dan Oman.  Jika dibandingkan dengan Filipina, nilai impor keempat negara ini memang masih jauh lebih kecil, hal ini disebabkan keempat negara ini mengimpor produk dengan HS 8703 dari negara lain dengan jumlah lebih besar, sehingga Indonesia tidak menjadi eksportir utama bagi negara-negara tersebut.

Meskipun nilai ekspor Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, nilai ekspor Indonesia tersebut hanya 0.4%  setiap tahunnya dari total nilai ekspor dunia. Indonesia masih kalah dengan negara-negara kuat dalam bidang manufaktur seperti Jerman, Jepang, amerika Serikat, Mexico, Dan Inggris.

Jika dilihat dari grafik, Jerman memang menjadi negara yang mendominasi pasar ekspor untuk HS 8703. Setiap tahunnya Jerman selalu berhasil berkontribusi di atas 20% dari total nilai ekspor dunia. Kemudian disusul oleh Jepang yang konsisten di atas 10% setiap tahunnya.

Dominasi ekspor sektor otomotif terutama untuk HS 8703 oleh negara-negara seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat tidak lepas dari majunya sektor teknologi negara-negara tersebut. Jerman sebagai negara penggagas Industri 4.0 menjadi negara dengan penggunaan teknologi canggih untuk menggerakkan industri mereka. Selain teknologi, pendidikan yang sudah terintegrasi dengan sektor industri membuat SDM yang dimiliki baik Jerman maupun Jepang siap dan memenuhi kriteria sebagai SDM berkualitas untuk sektor industri. Hal ini yang menyebabkan Jerman dan Jepang tidak kesulitan untuk memenuhi permintaan ekspor.

Bagaimana dengan Indonesia

Data dari trademap menunjukkan bahwa Indonesia menjadi pengekspor HS 8703 urutan ke 30, jauh di bawah Thailand yang berada di posisi 16 dunia saat ini. Sektor otomotif merupakan sektor yang tergolong high demand dan selalu bertumbuh. Ekspor Indonesia untuk mobil penumpang memang terus meningkat setiap tahunnya bahkan pada kuartal 1 2019 ekspor kendaraan Indonesia meningkat sebesar 20%. Peningkatan jumlah ekspor Indonesia ini belum terlalu signifikan dengan permintaan pasar yang juga besar, sehingga kontribusi ekspor Indonesia masih sangata kecil terhadap total ekspor dunia.

Faktor utama yang menyebabkan nilai ekspor Indonesia tertinggal dari negara seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat adalah jumlah produksi yang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Jumlah produksi yang lebih kecil tersebut disebabkan oleh beberapa faktor:

  1. Teknologi yang kalah canggih dibandingkan negara top 5;
  2. Ketergantungan terhadap komponen impor;
  3. Kurangnya jumlah SDM yang berkualitas;
  4. Indonesia tidak memiliki perusahaan otomotif sendiri.

Potensi ekspor otomotif Indonesia

Apabila Indonesia berhasil meningkatkan jumlah produksi, Indonesia akan sangat bisa meningkatkan nilai ekspor karena potensi ekspor yang masih sangat besar.

Untuk HS 8703 Indonesia masih memiliki potensi ekspor yang besar ke Tiongkok, Amerika Serikat dan Australia. Indonesia Baru mengekspor US$ 4.7 juta dari potensi US$ 734.6 juta ke tiongkok, sedangkan dari potensi US$ 664.2 juta Indonesia baru mengekspor US$ 138 ribu ke Amerika Serikat. Potensi ekspor yang besar juga bisa dilakukan Indonesia ke Australia, Indonesia baru mengekspor US$ 1.6 juta dari potensi US$ 257.9 juta.

Untuk mengatasi kendala-kendala ini tidak bisa hanya dilakukan oleh satu atau dua Kementerian saja, butuh kerja sama semua pihak yang terlibat agar ekspor otomotif Indonesia bisa menggeliat. Selain itu harus ditentukan juga strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang karena akan sangat sulit rasanya dalam waktu satu atau dua tahun Indonesia bisa memiliki perusahaan yang memproduksi kendaraan penumpang sendiri.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *