Ketergantungan yang Menjadi Malapetaka

Pandemi Covid-19 megekspos kelemahan dari rantai nilai global yang terlalu bergantung kepada China. Untuk membangun rantai nilai yang efisien, berbagai perusahaan di dunia mencari tempat yang memiliki biaya produksi termurah di setiap rantai nilai tersebut. Juara dari pemilik biaya termurah adalah China. Salah satu keunggulan dari China adalah ketersediaan tenaga kerja murah yang tak terbatas (Rodrik, 2020). Tidak hanya itu, China merupakan penyedia komponen, bahan mentah atau barang setengah jadi bagi manufaktur di dunia global (Betti and Ni, 2020).  Ketergantungan terhadap China dapat ditunjukan melalui Grafik 1 sebagai berikut:

Grafik 1. Nilai Tambah China dalam Persentase Nilai Tambah Asing pada Ekspor 2015 (%)

Sumber: EBRD, 2020 dalam Javorcik, 2020

Grafik 1 menunjukan bahwa berbagai input barang setengah jadi yang digunakan Amerika, Jepang, Korea, Mexico untuk mengekspor barang high technology berasal dari China (Javorcik, 2020). Proposi input barang setengah jadi terhadap ekspor barang high technology tersebut berkisar hingga 25%, apalagi Vietnam yang bahkan mencapai lebih dari 30%. Sebagai contoh, penutupan pabrik di Provinsi Hubei China menyebabkan disrupsi produksi di berbagai negara di belahan dunia (Javorcik, 2020). Meskipun kontribusi Provinsi Hubei terhadap PDB China, namun provinsi tersebut merupakan high-tech manufacturing hub atau rumah bagi perusahaan lokal dan asing yang terintergrasi pada rantai nilai global di sektor otomotif, elektronik dan farmasi (Javorcik, 2020).

Singkat kata, dunia bergantung kepada China dan pandemi COVID-19 menjadi pelajaran penting bahwa ketergantungan tersebut membawa petaka bagi perekonomian global. Beberapa perusahaan memutuskan untuk merelokasi usahanya dari China dan Indonesia turut kebagian “kue relokasi” tersebut. Tujuh perusahaan asing akan merelokasi pabriknya ke Indonesia dengan total nilai investasi yang mencapai Rp12,2 triliun (Katadata, 2020). Potensi tenaga kerja yang terserap dari investasi tersebut mencapai 30 ribu orang. Nilai investasi terbesar berasal dari LG Electronics yang mencapai 5,4 triliun, disusul oleh Kenda Tire sebesar Rp2,2 triliun dan Denso Rp 2 triliun. Jika dimanfaatkan dengan baik, relokasi perusahaan tersebut dapat menjadi smart shortcut untuk mewujudkan transformasi digital di Indonesia.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *