Memilih Sektor Unggulan untuk Ekspor

Neraca transaksi berjalan Indonesia pada triwulan II 2019N kembali mengalami perlebaran defisit. Defisit transaksi berjalan meningkat dari US 7,0 miliar menjadi US$ 8,4 miliar. Defisit tersebut telah mencapai 3% dari PDB. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko, defisit tersebut dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi dividend, pembayaran bunga utang luar negeri, serta dampak pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan harga komoditas yang menurun.

Menurut Faisal Basri, untuk mengurangi gejolak makroekonomi ke depan, pekerjaan rumah Indonesia adalah menekan defisit akun neraca transaksi berjalan melalui kebijakan struktural untuk meningkatkan ekspor dan daya saing industri dalam negeri agar bisa bersaing dengan produk impor.  Pemilihan sektor ekspor berperan penting untuk memastikan kebijakan struktural Indonesia lebih terarah. Salah satu cara untuk memilih fokus sektor dari ekspor Indonesia adalah melalui pemetaan ekspor Indonesia

Sumber: Trademap, 2019

Grafik diatas menunjukan empat kuadran yang terdiri dari winners in growing sectors, winners in declining sectors, losers in growing sectors dan loser in declining sectors. Sektor yang menjadi perhatian adalah sektor di winners in growing sectors.  Sektor yang termasuk di dalam winners in growing sectors merupakan sektor dimana pangsa ekspor Indonesia tumbuh positif dan permintaan impor dunia dari sektor tersebut turut tumbuh positif. Sektor yang termasuk di dalam winners in growing sector mencakup HS 84 (electrical machinery), HS 47 (pulp of wood), HS 38 (miscellaneous chemical products) dan HS 87 (Vehicles other than railway). Hal tersebut menunjukan bahwa keempat sektor HS yang termasuk dalam winners in growing sector memiliki masa depan yang cerah, sehingga Indonesia perlu memperhatikan pertumbuhan ekspor dari sektor tersebut. Potensi ekspor dari keempat sektor tersebut dapat dilihat melalui Export Potential Indicator (EPI).

EPI terinspirasi dari gravity model dan mampu mengestimasi potensi nilai ekspor dari suatu negara dan dapat menunjukan nilai yang spesifik dalam tingkat produk maupun negara tujuan ekspor. Sebagai contoh, melalui EPI kita dapat mengetahui berapa potensi ekspor elektronik Indonesia ke China yang belum terpenuhi. Estimasi nilai EPI diraih dari model ekonomi yang mengkombinasikan supply dari negara eksportir dengan nilai permintaan dari negara yang dituju beserta akses pasar ke negara tersebut. Berikut adalah nilai potensi ekspor dari sektor electrical machinery, sector pulp of wood, sektor miscellaneous chemical dan sektor vehicle other than railway.

Export Potential (US$ Miliar) Untapped Potential (US$ Miliar)
Chemicals 12 4,1
Paper Products 8,7 4,2
Electronic Equipment 8,2 3,6
Motor Vehicles & Parts 6,9 4,1

Sumber: Export Potential Indicator, 2019

Tabel diatas menunjukan bahwa dari keempat sektor tersebut, rata-rata potensi ekspor Indonesia yang belum terpenuhi mencapai US$4 miliar persektor. Nilai potensi ekspor dari sektor kimia mencapai US$12 miliar, namun nilai actual ekspor Indonesia hanya mencapai US$8,1 miliar. Hal tersebut menunjukan bahwa ekspor sektor kimia Indonesia masih memiliki potensi sebesar US$4,1 miliar yang belum terpenuhi. Dari sektor produk kertas, ekspor Indonesia memiliki potensi hingga US$8,7 miliar, namun potensi yang belum terpenuhi mencapai US$4,2 miliar. Sektor peralatan listrik menunjukan bahwa potensi ekspor Indonesia dapat mencapai US$8,2 miliar dan dilihat dari potensi ekspor yang belum terpenuhi dari sektor peralatan listrik mencapai US$3,6 miliar. Selanjutnya dari sektor kendaraan bermotor dan bagiannya, potensi ekspor Indonesia mencapai US$6,9 miliar, namun potensi yang belum terpenuhi mencapai US$4,1 miliar.

Data-data diatas menunjukan bahwa potensi ekspor Indonesia masih belum dimaksimalkan. Kenaikan ekspor dari keempat sektor potensial yang terdiri dari sektor kimia, kertas, peralatan elektronik beserta kendaraan bermotor dan bagiannya dapat berkontribusi positif terhadap neraca transaksi berjalan Indonesia. Mau tidak mau Indonesia harus segera mengeratkan ikat pinggang dan berlari agar potensi ekspor dari keempat sektor unggulan mampu terpenuhi dan dimaksimalkan.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *