Industri barang setengah jadi di Indonesia masih dikatakan tertinggal jika dibandingkan industri barang lainnya. Hal ini turut menyebabkan ketergantungan Indonesia terhadap impor barang setengah jadi maupun barang modal karena produsen domestik belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Data berikut menggambarkan nilai ekspor dari barang mentah, barang setengah jadi, barang modal dan barang konsumsi Indonesia.
Ekspor Berdasar Tahapan Produksi 1989-2018
Sumber: WITS, 2020 diolah
Nilai ekspor dari seluruh produk Indonesia secara umum menunjukan tren yang meningkat dari tahun 1989 sampai tahun 2018. Periode yang menggambarkan penurunan nilai ekspor hanya terjadi dari tahun 1996 sampai 1999, tahun 2008 ke tahun 2009 dan dari tahun 2010 hingga 2016. Perlu diperhatikan bahwa nilai ekspor kembali meningkat setelah tahun 2016. Jika dilihat secara lebih detail, nilai ekspor terbesar Indonesia di tahun 2018 disumbang oleh ekspor barang konsumsi, diikuti oleh ekspor barang setengah jadi, ekspor barang mentah dan ekspor barang modal. Salah satu periode yang perlu diperhatikan adalah menurunnya nilai ekspor barang mentah dan barang setengah jadi dari tahun 2011 hingga tahun 2016. Nilai ekspor barang setengah jadi menurun dari US$ 53,2 miliar di tahun 2011 menjadi US$ 37,6 miliar di tahun 2016, namun ekspor barang tersebut kembali meningkat hingga mencapai US$ 49,4 miliar di tahun 2018. Sebaliknya, nilai ekspor barang modal cenderung stabil dan meningkat, dari sebesar US$ 1,5 juta di tahun 1989, meningkat hingga mencapai puncaknya sebesar US$ 17,02 miliar di tahun 2012 dan menurun perlahan sampai menjadi US$ 15,5 miliar di tahun 2018. Berikutnya akan dibahas nilai dari impor tahapan produksi Indonesia.
Impor Berdasar Tahapan Produksi 1989-2018
Sumber: WITS, 2020 diolah
Data diatas menunjukan bahwa impor barang modal, barang setengah jadi, barang konsumsi dan impor mentah Indonesia memiliki tren kenaikan yang cukup mirip. Sebagai contoh, baik impor barang modal, barang setengah jadi dan barang konsumsi mengalami peningkatan impor dari tahun 2007 sampai 2008, serta kenaikan dari tahun 2017 ke tahun 2018. Dari tahun 2008 hingga 2012, impor barang modal merupakan impor tertinggi Indonesia, namun pada tahun 2012 sampai 2018, impor barang setengah jadi merupakan impor juaranya. Di tahun 2018, total impor barang setengah jadi mencapai US$ 61,5 miliar, sedangkan impor barang modal sebesar US$ 56,4 miliar, impor barang konsumsi US$ 44,97 dan impor barang mentah US$ 24,8 miliar.
Neraca Perdagangan berdasar Tahapan Produksi 1989-2018
Sumber: WITS, 2020 diolah
Neraca perdagangan (ekspor minus impor) dari setiap jenis barang berdasarkan tahapan produksi menunjukan beberapa hal yang menarik, khususnya neraca perdagangan barang setengah jadi dan barang modal. Grafik diatas menujukan bahwa defisit barang modal Indonesia semakin membesar sejak tahun 2007 hingga 2018 dimana defisit terbesar terjadi di tahun 2012. Pada tahun 2012, defisit perdagangan barang modal Indonesia mencapai US$ 42,1 miliar dan menjadi US$ 40,9 miliar di tahun 2018. Pada neraca perdagangan barang setengah jadi, defisit tersebut mulai membesar di tahun 2012 hingga 2018. Defisit perdagangan barang setengah jadi di tahun 2012 mencapai US$ 8,5 miliar, yang selanjutnya menjadi US$ 9,75 miliar hingga di tahun 2018 meningkat menjadi US$ 12,1 miliar.
Defisit dari neraca perdagangan barang modal dan barang setengah jadi tentu menunjukan bahwa impor Indonesia terhadap kedua barang tersebut semakin besar, sementara produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi baik dalam segi kualitas maupun kuantitas. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri manufaktur Indonesia masih membutuhkan impor barang modal dan barang setengah jadi untuk memenuhi kebutuhan industrinya. Strategi industrialisasi yang tepat perlu dilakukan agar Indonesia mampu lepas dari ketergantungan impor barang modal maupun barang setengah jadi. Salah satu strategi tersebut adalah substitusi impor yang bertujuan untuk melindungi produsen domestik.