Baru-baru ini industri otomotif tanah air digebrak oleh peluncuran karya anak bangsa. Mobil Esemka yang sudah sejak beberapa tahun dulu digadang-gadang sebagai mobil produksi dalam negeri akhirnya kembali menjadi buah bibir pasca kunjungan Presiden Joko Widodo ke pabrik mobil Esemka. Kunjungan Presiden ke pabrik yang terletak di Boyolali, Jawa Tengah tersebut untuk menyaksikan peluncuran perdana mobil Esemka terbaru.
Presiden tiba di PT Solo Manufaktur Kreasi pada hari Jumat (6/9/2019) pukul 10.30. Presiden lalu berkeliling pabrik dan menjajal mobil pick up yang sudah diproduksi secara masal, Bima. Meski banyak yang menilai bahwa Bima meniru desain salah satu produsen otomotif asal China, Changan Star Truck bahkan ada yang menilai bahwa Esemka hanya mengganti mereknya saja, tapi terdapat perbedaan dari segi penampakan. Panjang Bima adalah 4.560 mm, lebar 1.645 mm, dan tinggi 1.890 mm sedangkan mobil Changan memiliki panjang 4.660mm, tinggi 1.890 mm, dan lebar 1.620 mm.
Esemka yang pertamanya digagas oleh Sukiyat seorang pemilik bengkel asal Klaten pada tahun 2007. Tujuan awalnya hanya untuk mentransfer ilmu dengan anak SMK dengan membuat 9 unit prototipe. Sekarang sudah 12 tahun berselang, akhirnya mobil karya anak bangsa ini diproduksi secara masal.
Produksi masal mobil Esemka dan kesungguhan PT Solo Manufaktur Kreasi seolah-olah menjadi suatu harapan baru di tengah dominasi perusahaan milik asing di pasar industri otomotif Indonesia. Industri otomotif Indonesia saat ini dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asal negara tetangga seperti Toyota, Honda, Hyundai, dan yang baru saja masuk ke pasar Indonesia, Wuling asal Tiongkok.
Sektor industri manufaktur adalah salah satu ujung tombak ekspor Indonesia. Dua dari lima ekspor terbesar Indonesia dari tahun ke tahun adalah manufaktur, salah satunya produk otomotif. Indonesia merupakan salah satu pemain besar dalam pasar otomotif Asia terutama untuk kendaraan transportasi (HS 8703). Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar keenam di Asia di bawah Jepang, Korea Selatan, Thailand, China, dan India.
Grafik di atas menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai ekspor Indonesia dari tahun 2015-2018.
Importir terbesar Indonesia untuk HS 8703 sebagian besar adalah negara-negara yang berada di Asia.
Diagram di atas menunjukkan 5 negara tujuan ekspor Indonesia untuk HS 8703. Terlihat bahwa Filipina menjadi negara yang paling banyak mengimpor produk dengan HS 8703 dari Indonesia dan setiap tahunnya cenderung meningkat. Selanjutnya ada Arab Saudi, Vietnam, Thailand, dan Oman. Jika dibandingkan dengan Filipina, nilai impor keempat negara ini memang masih jauh lebih kecil, hal ini disebabkan keempat negara ini mengimpor produk dengan HS 8703 dari negara lain dengan jumlah lebih besar, sehingga Indonesia tidak menjadi eksportir utama bagi negara-negara tersebut.
Meskipun nilai ekspor Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, nilai ekspor Indonesia tersebut hanya 0.4% setiap tahunnya dari total nilai ekspor dunia. Indonesia masih kalah dengan negara-negara kuat dalam bidang manufaktur seperti Jerman, Jepang, amerika Serikat, Mexico, Dan Inggris.
Data dari trademap menunjukkan bahwa Indonesia menjadi pengekspor HS 8703 urutan ke 30, jauh di bawah Thailand yang berada di posisi 16 dunia saat ini. Sektor otomotif merupakan sektor yang tergolong high demand dan selalu bertumbuh. Ekspor Indonesia untuk mobil penumpang memang terus meningkat setiap tahunnya bahkan pada kuartal 1 2019 ekspor kendaraan Indonesia meningkat sebesar 20%. Peningkatan jumlah ekspor Indonesia ini belum terlalu signifikan dengan permintaan pasar yang juga besar, sehingga kontribusi ekspor Indonesia masih sangat kecil terhadap total ekspor dunia.
Faktor utama yang menyebabkan nilai ekspor Indonesia tertinggal dari negara seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat adalah jumlah produksi yang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara tersebut. Jumlah produksi yang lebih kecil tersebut disebabkan oleh beberapa faktor:
- Teknologi yang kalah canggih dibandingkan negara top 5;
- Ketergantungan terhadap komponen impor;
- Kurangnya jumlah SDM yang berkualitas;
- Indonesia tidak memiliki perusahaan otomotif sendiri.
Hadirnya mobil Esemka diharapkan mampu mengatasi faktor-faktor penyebab tertinggalnya ekspor otomotif Indonesia sehingga akan terjadi peningkatan jumlah produksi kendaraan dalam negeri. Apabila Indonesia berhasil meningkatkan jumlah produksi, Indonesia akan sangat bisa meningkatkan nilai ekspor karena potensi ekspor yang masih sangat besar.
Untuk HS 8703 Indonesia masih memiliki potensi ekspor yang besar ke Tiongkok, Amerika Serikat dan Australia. Indonesia Baru mengekspor US$ 4.7 juta dari potensi US$ 734.6 juta ke tiongkok, sedangkan dari potensi US$ 664.2 juta Indonesia baru mengekspor US$ 138 ribu ke Amerika Serikat. Potensi ekspor yang besar juga bisa dilakukan Indonesia ke Australia, Indonesia baru mengekspor US$ 1.6 juta dari potensi US$ 257.9 juta.