Selayang Pandang Product Space Indonesia

Kementerian Perindustrian melalui Making Indonesia 4.0 telah menentukan kelima sektor yang menjadi prioritas dalam pengembangan revolusi industri 4.0. Kelima sektor prioritas tersebut terdiri dari industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik dan sektor kimia.  Kelima sektor tersebut diharapkan menjadi pendongkrak utama bagi meningkatnya ekspor Indonesia.  Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, lima sektor industri di Making Indonesia 4.0 memberikan kontribusi sebesar 60 persen untuk PDB dan menyumbang 65 persen terhadap total ekspor. Making Indonesia 4.0 merupakan strategi yang bagus, namun belum terlalu detail. Apakah Making Indonesia 4.0 telah menjawab secara spesifik produk HS apa yang ekspornya harus dikembangkan? Bagaimana menentukan produk unggulan HS tersebut? Analisis product space dapat membantu menjawab pertanyaan tersebut.

Product space dapat membantu suatu negara dalam memetakan produk ekspor apa yang dapat mereka produksi, produk apa yang memiliki “kedekatan” dengan produk ekspor tersebut serta membantu menemukan jalur untuk industrialisasi (Atlas Harvard, 2019). Produk yang memiliki “kedekatan” menunjukan bahwa jika kita mengekspor produk tersebut, maka peluang untuk mengekspor produk yang “mirip” semakin besar. Sebagai contoh ketika suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor jeruk, maka negara tersebut lebih mungkin memiliki keunggulan komparatif untuk mengekspor mangga dibandingkan produk manufaktur.

Peta di product space juga menunjukan perbedaan kualitas produk yang berada di inti atau tengah dengan produk yang berada di pinggiran. Produk ekspor yang berada di inti product space merupakan produk yang memiliki peluang untuk diversifikasi dibandingkan produk ekspor yang berada di pinggir atau di batas luar (Atlas Harvard, 2019).  Contoh produk yang berada di inti product space adalah produk mesin, kimia dan berbagai produk capital-intensive, sedangkan contoh produk yang berada di pinggiran product space adalah seafood, garmen dan berbagai barang mentah yang memiliki hubungan yang “lemah” dengan produk lainnya.

Data mengenai product space berasal dari konsep dan informasi dari Atlas of Economic Complexity Harvard. Data tersebut menunjukan data perdagangan dengan klasifikasi dari Harmonized System (HS) dan Standard International Trade Classification (SITC). Data dengan klasifikasi HS tersedia dari tahun 1995 sampai 2017. Berikut akan ditunjukan perkembangan product space Indonesia di tahun 1995, 2010 dan 2017.

Product space Indonesia 1995

Tekstil Pertanian Besi dan Baja Kimia
Minerals Stone Kendaraan Elektronik

Sumber: Atlas Economic Complexity Harvard, 2019

Gambar diatas menunjukan product space Indonesia di tahun 1995. Titik-titik berwarna pada product space diatas menunjukan bahwa produk tersebut memiliki nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) lebih dari 1 atau berarti produk tersebut memiliki keunggulan komparatif. Gambar diatas menunjukan bahwa produk-produk yang memilki keunggulan komparatif didominasi oleh sektor pertanian dan tekstil, namun produk tersebut tidak berada di inti dari product space. Sebagai contoh di tahun 1995 produk live fish dengan kode HS 0301 memiliki nilai RCA hingga 3,72 dengan nilai ekspor USD 37.6 juta.

Product space Indonesia 2010

Tekstil Pertanian Besi dan Baja Kimia
Minerals Stone Kendaraan Elektronik

Sumber: Atlas Economic Complexity Harvard, 2019

Di tahun 2010, product space Indonesia sebenarnya tidak begitu banyak mengalami perubahan. Produk yang memiliki keunggulan komparatif masih didominasi oleh produk yang berada di batas terluar dari product space dan didominasi oleh produk pertanian dan tekstil. Menarik jika diperhatikan bahwa sudah ada produk yang berada di inti, yaitu produk HS 4005 bernama compounded rubber dari sektor kimia dengan dengan nilai ekspor sebesar USD 98,1 juta di tahun 2010. Dari sektor baja sudah ada produk tabung dan pipa alumunium dengan HS 7608 yang semakin mendekat ke inti product space dengan nilai ekspor yang mencapai USD 26,2 juta dengan nilai RCA 1,18.

Product space Indonesia 2017

Tekstil Pertanian Besi dan Baja Kimia
Minerals Stone Kendaraan Elektronik

Sumber: Atlas Economic Complexity Harvard, 2019

Di tahun 2017, product space Indonesia menunjukan bahwa produk yang memiliki keunggulan komparatif tetap didominasi oleh sektor tekstil dan pertanian. Jika diperhatikan, Indonesia telah memiliki produk yang berada di inti product space, yaitu produk HS 8419. Produk HS 8419 merupakan produk mesin dan peralatan laboratorium dengan nilai ekspor yang mencapai USD 661 juta dengan nilai RCA 1,61. Indonesia juga berhasil meraih keunggulan komparatif dari produk conveyor belts of vulcanized rubber dengan HS 4010. Nilai ekspor HS 4010 berhasil mencapai 77,2 juta dollar dengan nilai RCA 1,24

Struktur product space Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak tahun 1995 sampai 2017. Beberapa produk manufaktur dari sektor kimia dan elektronik berhasil meraih keunggulan komparatif di inti-product space, namun tentu Indonesia tidak boleh berpuas diri. Ketika produk Indonesia telah mampu meraih keunggulan komparatif di inti product space, maka ekspor Indonesia akan semakin terdiversifikasi dan cita-cita untuk menjadi negara industri semakin mudah tercapai. 

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *