Insentif untuk Investasi Penting, Namun…

Foreign Direct Investment (FDI) memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas dari negara berkembang. Produktivitas tersebut berasal dari teknologi yang dibawa perusahaan asing dan selanjutnya mampu diserap oleh pengusaha lokal (Bank Dunia, 2018). Mengingat pentingnya peran dari FDI, maka dibutuhkan kebijakan yang mampu mengundang investasi dan selanjutnya mewujudkan transfer teknologi. Penyusunan kebijakan tersebut tentu perlu mendengar suara dari pengusaha.

Di tahun 2017, Global Investment Survey (GIC) dari Bank Dunia mencoba menangkap persepsi dari para eksekutif bisnis internasional mengenai iklim investasi dan keputusan mereka dalam melakukan FDI di negara berkembang. Survei ini memiliki 754 responden yang terdiri dari kombinasi eksekutif dari kantor pusat dan foreign affiliate. Hasil dari survei tersebut menunjukan beberapa iklim investasi yang bagi investor asing.

Iklim Investasi Penting

Sumber: Global Investment Survey, 2018-2019

Bagi para investor asing, iklim investasi yang dianggap penting bagi mereka adalah transparansi dan kebijakan pemerintah yang mudah diprediksi serta jaminan perlindungan investasi. Faktor insentif justru berada di peringkat keempat karena hanya 60% responden yang setuju akan pentingnya faktor tersebut

Investor menekankan pentingnya transparansi dan kebijakan yang mudah diprediksi sebagai faktor yang paling penting dalam membangun iklim investasi. Investor tidak hanya melihat kebijakan diatas kertas, namun juga implementasi dan administrasi dari kebijakan tersebut. Kelemahan dari implementasi meliputi birokrasi yang inefisien, peraturan dan prosedur yang kompleks, serta perilaku pemerintah yang tidak dapat diprediksi. Mengatasi kelemahan tersebut tidak hanya menarik investasi baru, namun juga mencegah terjadinya disinvestment dari investor yang ada.

Insentif investasi memang berada di peringkat ke-empat, namun bukan berarti insentif investasi tidak penting. Faktor insentif dianggap lebih penting bagi para investor asing yang memiliki motivasi efficiency-seeking dibanding non efficieny-seeking. Dunning dan Lundan (2008) membagi empat sumber motivasi utama dari FDI, yaitu natural resource-seeking FDI, market-seeking FDI, strategic asset seeking-FDI dan efficieny-seeking FDI. 

Investor yang menanamkan FDI dengan motivasi efficiency-seeking mampu menciptakan tenaga kerja, transfer teknologi dan integrasi suatu negara ke global value chains (World Bank, 2018). Contoh dari efficiency-seeking FDI adalah investasi di sektor biokimia, permesinan dan instrumen elektronik. Mengingat pentingnya peran dari efficiency-seeking FDI, maka pemerintah perlu memberikan insentif untuk menarik FDI jenis ini.

Jenis Insentif bagi Investor

Sumber: Global Investment Survey, 2018-2019

Insentif investasi merupakan kebijakan yang diterapkan baik oleh negara maju dan berkembang dalam berkompetisi untuk menarik FDI. Hasil dari GIC survei menunjukan bahwa 74 responden pengusaha asing menganggap insentif duty free imports sangat penting. Selanjutnya pengusaha yang sepakat bahwa insentif tax holidays penting mencapai 70%, VAT exemption 65% dan Insentif berupa dukungan bisnis yang mencapai 58%. Setelah menerapkan kebijakan untuk menarik investasi, pemerintah juga harus memperhatikan kebijakan fasilitasi dan perlindungan bagi para investor.

Hasil dari GIC menunjukan bahwa investment protection merupakan variabel iklim investasi yang juga penting investor. Inisiatif kebijakan perlindungan yang diterapkan harus mencakup jaminan perlindungan terhadap usaha mereka, kebijakan aftercare bagi investor serta mempromosikan adanya linkages antara pengusaha asing dan pengusaha lokal. Investment Promotion Agency (IPA) atau di Indonesia dikenal sebagai Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memiliki peran yang vital. BKPM tidak hanya sekadar mempromosikan Indonesia, namun juga harus memberikan pelayanan terbaik bagi para investor.

Kualitas jasa dari pemerintah memainkan peran penting dalam keputusan investor asing untuk menanamkan investasinya di negara berkembang. IPA memiliki peran yang penting sebagai penghubung antara investor asing dengan pemerintah. Hasil GIC survei menunjukan bahwa dua pertiga dari responden sangat sepakat bahwa IPA harus berperan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh investor asing. IPA juga harus mampu menjadi tempat yang menyediakan informasi dan pendampingan bagi investor asing. Jasa pendampingan dari IPA terhadap investor asing dianggap jauh lebih penting dibandingkan sekadar kegiatan promosi investasi.

Hasil dari survei GIC menjadi masukan yang sangat berharga bagi pemerintah, khususnya bagi pemerintah yang ingin menarik FDI efficiency-seeking ke negara mereka. Selama ini negara berkembang cenderung menerapkan kebijakan insentif, namun tidak memperhatikan implementasinya di lapangan. Seperti dari hasil survei GIC, insentif penting, namun indikator tersebut bukan satu-satunya indikator yang terpenting. Transparansi, kebijakan pemerintah yang mudah diprediksi, dan jaminan perlindungan merupakan faktor-faktor yang tidak kalah penting untuk menarik investasi.

Partner Kami