Partisipasi Negara Berkembang dalam GVCs
Dalam laporan yang diterbitkan WTO pada 2019 lalu, menunjukan bahwa aktivitas produksi di dunia masih didominasi oleh aktivitas di dalam negeri tanpa melibatkan transaksi lintas negara atau yang disebut domestik production. Meski begitu, aktivitas produksi domestik menunjukan tren yang terus menurun begitupula pada aktivitas traditional
GVCs atau transaksi lintas negara yang hanya diperuntukan pada produk konsumsi akhir. Sebaliknya, peningkatan terjadi pada aktivitas produksi yang melibatkan global value chain, yaitu pada aktivitas simple GVCs dan complex GVCs.
Artinya, telah terjadi pergeseran tren dari aktivitas produksi yang hanya dilakukan di dalam negeri menjadi melibatkan beberapa negara untuk memenuhi kebutuhan input produksi atau yang disebut juga dengan “trade in intermediate products”. Simple GVCs menunjukkan aktivitas produksi dilakukan dengan menggunakan input dari negara partner yang kemudian diproduksi secara penuh di indutsri domestik yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik. Complex GVCs menunjukkan adanya aktivitas transaksi antar beberapa negara pada produk antara yang terjadi beberapa kali sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan produksi. Kemudian, ouput dari hasil produksi ini sendiri dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik maupun diekspor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dunia.
Penurunan Partisipasi Negara Berkembang dalam GVCs
Keterlibatan negara berpendapatan tinggi dalam Global Value Chains terus meningkat dari tahun ke tahun, baik pada forward maupun backward linkages. Sebaliknya, penurunan partisipasi terjadi pada negara-negara dengan pendapatan menengah. Hal ini menurut OECD, dikarenakan negara-negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak hanya menggunakan input dari negara lain (membeli), namun juga mampu untuk memberikan banyak nilai tambah pada produk antara yang dipasarkannya (menjual).
Berbeda dengan negara berkembang yang cenderung memilih untuk melibatkan diri dalam GVCs hanya pada sektor-sektor tertentu yang mampu meningkatkan industrialisasi, China contohnya. Sebagai salah satu negara berkembang yang masuk ke dalam kategori upper-middle income country, China telah mengembangkan industri substitusi impornya sehingga mampu menyediakan input bagi industrinya sendiri. China juga memiliki pasar yang besar sehingga produk dapat terserap di dalam negeri. Dalam laporan yang sama oleh WTO pada 2019, hal tersebut memungkinkan suatu negara menurunkan pastisipasinya pada global supply chain dan memilih untuk memperkuat domestic value chain-nya.
Oleh karena itu, partisipasi tiap negara dalam global value chain akan bervariasi tergantung kondisi kebijakan dan karakteristik dari negara itu sendiri. Negara yang memiliki kecenderungan pada backward linkage besar kemungkinan akan lemah pada forward linkages, begitu pula sebaliknya.