Negara yang telah Bersiap di Masa Revolusi Industri 4.0

Berikut adalah beberapa inisiatif dari berbagai negara yang telah menerbitkan kebijakan untuk menyambut datangnya industri 4.0.  A.T Kearney (2018) membaginya menjadi tiga tahap pendewasaan

Sumber: A.T Kearney (2018)

               Terdapat tiga negara yang telah berada di tahap implementasi dan merasakan manfaat dari penerapan implementasi teknologi 4.0 yaitu Jerman, Amerika dan Inggris. Ketiga negara tersebut telah meluncurkan kebijakan untuk menyambut industri 4.0 sejak tahun 2011. Dari kelima negara di tahap implementasi awal, sudah ada dua negara ASEAN yang mencoba mengimplementasikan teknologi 4.0 yaitu Thailand dan Singapura, selanjutnya ada Tiongkok, Korea, dan Jepang. Negara ASEAN lainnya yang masih berada di tahap merencanakan adalah Malaysia, Vietnam, Filipina dan termasuk Indonesia.

               Beberapa negara di Eropa telah menerapkan inisiatif untuk mengimplementasikan Industri 4.0. Negara tersebut meliput Jerman,  Prancis, Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Dimensi kebijakan yang diterapkan di negara-negara tersebut akan ditunjukan melalui bagan di bawah ini:

Sumber: European Commission, 2017

               Dimensi kebijakan tersebut diukur melalui tiga indikator pilihan kebijakan, yang pertama adalah pilihan indikator pembiayaan dari negara atau privat, kedua adalah pilihan antara indikator teknologi/infrastruktur atau keahlian dan ketiga adalah pilihan kebijakan antara model kebijakan top-down atau bottom up (Klitou et al. 2017).        

               Dari bagan diatas, berbagai negara di Eropa menunjukan bahwa investasi dari negara memiliki peran yang lebih besar dibandingkan sektor swasta (Klitou et al. 2017). Kedua, berbagai negara diatas fokus dalam mengembangkan teknologi dan infrastruktur, sedangkan skill/keahlian dipandang sebagai tujuan kedua (Klitou et al. 2017). Sebagai pengecualian, Swedia dan Ceko fokus dalam mengembangkan keahlian untuk sektor manufaktur dan secara khusus keahlian di sektor digital (Klitou et al. 2017). Dalam bidang kebijakan top-down atau bottom-up, kebanyakan negara diatas menerapkan kebijakan yang top-down  (Klitou et al. 2017)Dengan menerapkan kebijakan top-down, kebijakan pemerintah merupakan pendorong utama di dalam implementasi teknologi industri 4.0 (Klitou et al. 2017). Dalam indikator ini, Swedia dan Belanda justru lebih fokus di bottom-up. Dalam program Produktion 2030, pihak industri, akademisi dan lembaga penelitian memiliki tanggung jawab untuk mendesain inisiatif implementasi industri 4.0. Pada program Dutch Smart Industry (SI), Triple Helix menjadi konsep utama dengan pendekatan bottom-up yang melibatkan keterlibatan industri, universitas dan lembaga penelitian. Peran pemerintah di program Smart Industry adalah sebagai pihak yang mengarahkan kemana industri 4.0 akan dibawa dan membuat aktivitas inti. 

Selanjutnya Negara yang akan dibahas lebih mendalam mengenai kebijakan implementasi industri 4.0 adalah negara Jerman. Negara Jerman merupakan negara yang telah memiliki banyak pengalaman dalam menyiapkan kebijakan untuk mengimplementasikan industri 4.0 

Industrie 4.0 Jerman

Platform Industrie 4.0 merupakan inisiatif untuk mengimplementasikan teknologi 4.0 yang telah dilaksanakan oleh Jerman sejak tahun 2011 (Klitou et al. 2017). Industrie 4.0 Jerman merupakan satu dari 10 proyek dibawah rencana High-Tech Strategy 2020 dan memiliki rentang waktu dari tahun 2011 sampai tahun 2020 (Klitou et al. 2017). Total nilai investasi yang dari industrie 4.0 Jerman mencapai 200 juta euro yang berasal dari investasi pemerintah dan dilengkapi dari berbagai kontribusi dari pihak industri (Klitou et al. 2017). Salah satu hal yang dicapai dari implementasi industrie 4.0 Jerman adalah mentransformasi berbagai agenda riset menjadi praktik (Klitou et al. 2017). Fokus utama dari industrie 4.0 Jerman adalah menciptakan inovasi teknologi yang berbasis pilar utama seperti integrasi horizontal disertai model jaringan end-to-end, integrasi vertikal termasuk aspek keamanan dan menciptakan nilai-nilai baru di dalam pekerjaan dan pendidikan (Klitou et al. 2017). Sektor dan teknologi yang akan dikembangkan dan menjadi fokus dari Industrie 4.0adalah 

Fokus Sektor Jerman

Sumber: A.T Kearney, 2018

Perlu diperhatikan bahwa aktor utama yang akan mengimplementasikan teknologi industri 4.0 di Jerman adalah sektor UMKM. Sektor UMKM akan mendapat 50 persen dari pendanaan pemerintah atau sekitar 100 juta euro untuk seluruh proyek yang berhubungan dengan industri 4.0. Digitalisasi UMKM merupakan bagian dari industrie 4.0 (Issa et a.l. 2017). Selain pendanaan, UMKM juga membutuhkan suatu pusat kompetensi. Di Jerman, sudah ada beberapa pusat kompetensi yang bertujuan untuk membantu UMKM seperti “Mittelstand 4.0,” “Future Work Lab”, dan “Allianz Industrie 4.0 Baden-Württemberg,” yang juga berperan sebagai kamar dagang untuk mendukung UMKM dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk UMKM.  Untuk melakukan pengembangan atau menguji seuatu aplikasi atau produk, para pemain UMKM dapat melakukannya di pusat kompetensi tersebut. Untuk mempermudah akses ke pusat kompetensi dan memperkuat industrie 4.0 research, maka para pemain UMKM dikumpulkan di dalam kluster melalui  Lab Network Industrie 4.0.

Terdapat Lesson learned yang didapat dari Jerman dalam mengimplementasikan industri 4.0 (Klitou et al. 2017). Pertama adalah kebijakan untuk memperluas jaringan dan menetapkan norma beserta standar, sehingga anggota di kelompok UMKM memiliki pandangan untuk bekerjasama dan “mengurangi” kompetisi (Klitou et al. 2017). Pelajaran kedua adalah menyediakan instrumen pendanaan dan ditargetkan untuk UMKM, sehingga UMKM dapat turut mengimplementasikan teknologi industri 4.0 (Klitou et al. 2017). Pendekatan yang fokus ke UMKM juga termasuk dukungan khusus ke UMKM agar terintegrasi dengan rantai nilai global, karena UMKM “biasanya” tidak bersiap dengan penyesuaian teknologi. 

Di Indonesia, hampir 70 persen pekerja di Indonesia bekerja di sektor UMKM. Sebesar 99 persen aktivitas bisnis di Indonesia merupakan UMKM, dengan lebih dari 98 persen berstatus usaha mikro (Kompas, 2018). Dengan belajar dari Jerman, UMKM Indonesia diharapkan dapat naik kelas agar dengan adanya implementasi teknologi industri 4.0.

Partner Kami