95% Bahan Baku Farmasi Harus Impor

Ketahanan terhadap kesehatan (health security) menjadi salah satu fokus BUMN Indonesia, selain sektor pangan dan energi. Saat ini holding farmasi BUMN telah resmi dibentuk dan salah satu tujuannya adalah mengatasi persoalan bahan baku yang hampir seluruhnya diimpor, terutama bahan baku untuk obat atau active pharmaceutical ingredients (API). Ketergantungan ini dapat berakibat langsung pada pengaruh kurs.

95% bahan baku industri farmasi masih harus diimpor, 60% diantaranya berasal dari China. Ada sekitar 851 item bahan baku obat aktif dan 441 item bahan baku pembantu tambahan yang diimpor oleh Indonesia. Biaya bahan baku ini menyumbang sekitar 25-30 persen dari keseluruhan harga obat. Terlebih pada kondisi pandemik saat ini, beban biayabahan baku industri farmasi naik sampai 3-4 kali lipat. 

Impor bahan baku dikarenakan ketidakminatan industri domestik untuk berinvestasi pada industri farmasi hulu. Baru pada 2016, hanya ada PT Kimia Farma Tbk. yang menyatakan kesediaannya untuk mendirikan industri farmasi hulu dan kemudian terealisasi pada tahun yang sama sebagai produsen bahan baku industri farmasi yang pertama di Indonesia. Selain itu, rantai pasok dalam industri farmasi terbilang cukup rumit. Banyak komponen bahan baku yang harus dipenuhi. Dari setiap industri bahan baku pun masih harus mencari alternatif bahan baku untuk mendukung produksi bahan baku ini. Salah satu bahan baku industri farmasi hulu adalah bahan baku obat aktif yang diproses secara kimiawi. Bahan baku ini memerlukan pasokan dari industri petrokimia, sedangkan sektor petrokimia Indonesia pun masih membutuhkan pengembangan yang serupa.

Menurut Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Engko Sosialine Magdalene, hingga 2019 lalu  sudah ada 13 produsen bahan baku atau di hulu industri farmasi. PT Bio Farma pun sedang mengupayakan pengembangan bahan baku untuk industri farmasi domestik. Dengan kapasitas produksi yang bisa terus ditingkatkan, pemerintah berharap agar 2021 ketergantungan terhadap impor bahan baku bisa berkurang. 

Membangun industri farmasi hulu bukanlah hal yang mudah seperti yang disebutkan sebelumnya. Bahwa rantai pasok harus terbangun dengan kuat dan terintegrasi. Belum lagi Indonesia harus berhadapan dengan produk bahan baku dari China yang sudah jauh lebih efisien sehingga mampu menawarkan harga yang lebih murah. Artinya, pengurangan impor bahan baku tidak cukup hanya dengan menarik investasi asing ke industri hulu, namun juga perlu dipikirkan strategi rantai pasokannya sehingga proses produksi lebih efisien dan dapat meningkatkan daya saing produk domestik tersebut.

Partner Kami