Knowledge-based Industrial Cluster: Upaya Singapura Menarik Investasi
Sejak tahun 1980an Singapura telah berorientasi menarik investasi perusahaan multi nasional melalui pengembangan science parks. Sebagai langkah pertama, Singapura memfasilitasi science park dengan melibatkan universitas dan memberikan insentif kepada pelaku bisnis potensial untuk mendukung upaya tersebut. Pada pertengahan 1990 terlihat keberhasilan science park dalam mengembangkan penelitian dan inovasi teknologi, karena mayoritas perusahaan yang terlibat dalam science park adalah sektor ICTs (Pradhananga dalam Nawaz & Koc, 2020).
Eksistensi Knowledge-based Industrial Cluster
Selanjutnya Singapura mengembangkan klaster inovasi yang berbasis R&D dengan fokus yang spesifik. Klaster pertama yang paling sukses di Singapura adalah Biopolis (Pradhananga dalam Nawaz & Koc, 2020). Klaster ini dilaunching pada tahun 2003 sebagai biomedical research and technology hub. Area ini didesain sebagai tempat kolaborasi dan pengembangan inovasi di sektor ini. Biopolis menjadi tempat terintegrasi bagi berbagai perusahaan untuk melakukan riset dan inovasi solusi masalah biomedis.
Pada tahun 2017 saja sudah ada 4400 peneliti dari sektor publik dan swasta yang terlibat dalam R&D di Biopolis (Pradhananga dalam Nawaz & Koc, 2020). Terdapat sekitar empat puluh perusahaan swasta yang ada di klaster ini. Dampak dari Biopolis adalah pertumbuhan yang sangat pesat dari biomedical science industry di Singapura.
Kedua, Fushionopolis. Klaster merupakan integrasi dari infrastruktur fisik untuk mendukung inovasi ICTs, physical sciences, dan engineering industries. Fushionopolis dilaunching pada tahun 2008 dan menjadi tempat berbagai lembaga penelitian dan laboratorium perusahaan (Pradhananga dalam Nawaz & Koc, 2020). Dampaknya adalah semakin berkembangnya penelitian dan pengembangan teknologi dengan mendekatkan kerjasama antara sektor publik dan privat.
Inisiatif Menarik Modal Asing
Berdasarkan data dari Wong, Ho, dan Singh (2010), Peneliti Entrepreneurship and Innovation strategy di NUS Business School, diketahui bahwa Agency for Science, Technology and Research (ASTAR) dan Economic Development Board (EDB) Singapura membentuk Biomedical Research Council yang berkonsentrasi dalam menyusun kebijakan, sumber daya, rencana penelitian, struktur pendidikan dan berbagai kebutuhan untuk membangun klaster industry. Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk membangun kepercayaan dan dukungan publik akan inisiatif penelitian.
Selanjutnya EDB berperan dalam membawa investasi dan yang bersifat jangka panjang untuk mendukung pengembangan klaster industry dan membangun sumber daya manusia untuk mendukung upaya tersebut.
EDB pun berhasil menarik investasi dari perusahaan multi nasional dan Singapura menjadi hub bagi industry ini di Asia. Berikutnya, EDB mendorong perusahaan asing untuk membentuk basis R&D di Singapura dan operasional penelitian melalui joint venture.