Reverse Engineering di Tengah Pandemi

Sejak pandemik Covid-19 merebah hingga ke Indonesia, kebutuhan akan berbagai alat kesehatan, dan farmasi meningkat pesat. Ventilator menjadi salah satu produk alat kesehatan yang sangat dibutuhkan untuk pasien kritis yang harus dirawat di ICU. Hal ini membuat berbagai negara mulai mengantisipasi kelangkaan dengan memproduksi alat ventilator sendiri. Beberapa negara memanfaatkan industri otomotif untuk mengalihkan proses operasinya untuk memproduksi alat ventilator.

Hal ini juga terjadi di Indonesia. Sejak awal kemunculan Covid-19 di Indonesia, pemerintah sudah mengharapkan agar indutsri otomotif bisa melakukan reverse engineering untuk kemudian bisa memproduksi alat ventilator. Data dari worldometers pada 23 Mei menyatakan bahwa sekitar 2 persen atau 44.574 pasien di dunia sedang dalam kondisi kritis. Artinya, jika wacana ini bisa terwujud, industri alat ventilator Indonesia selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri juga dapat diupayakan untuk memenuhi kebutuhan global.

Senin, 6 April, Putu Juli Ardika menyatakan bahwa sudah ada industri otomotif yang siap memenuhi permintaan pemerintah tersebut. Dalam prosesnya, industri otomotif membutuhkan dukungan kerja sama dari berbagai pihak, terutama karena mereka tidak memiliki pengalaman dalam meproduksi alat ventilator. Rekanan diperlukan untuk menjabarkan blueprint teknis pembuatan ventilator, alih teknologi, sampai dengan memodifikasi fasilitas perakitan mobil yang ada saat ini agar dapat digunakan untuk memproduksi ventilator, serta rekanan untuk menentukan standar bahan baku.

Tantangan yang dihadapi dalam perencanaan alih proses operasi pada industri otomotif ini, salah satunya adalah keterbatasan komponen dan waktu yang diperlukan untuk melakukan reverse engineering. Menurut Ketua Gaikindo, Yohannes Nangoireverse engineering dikerjakan oleh supplier karena industri otomotif tidak memiliki keahlian membuat ventilator. Ventilator diimpor dan kemudian dilakukan pembongkaran untuk mempelajari komponennya, lalu dirakit ulang, dan kemudian dibuat tiruannya.

Artinya, disini industri otomotif akan berperan sebagai vasilitator yang akan mewujudkan produksi ventilator ini. Industri otomotif akan menyediakan alat produksi dan komponen yang diperlukan, mereka juga akan memenuhi kebutuhan supplychain-nya. Kerjasama dari kementerian kesehatan juga sangat diperlukan untuk menentukan standar dan parameter alat ventilator untuk kemudian disesuaikan dengan hasil produksinya.

Meski hingga hari ini industri otmotif tersebut belum mulai melakukan proses produksi, namun langkah reverse engineering ini menjadi awal yang baik bagi industri di Indonesia untuk meningkatkan proses pembelajaran teknologinya. Jika mendapat dukungan yang tepat, reverse engineering dapat menjadi new normal, khususnya bagi industri otomotif agar kedepannya mampu menjadi active learner dan mampu mengembangkan mesin dan produksi komponennya sendiri.  

Partner Kami