Global Gateway: Cara EU Buat Tandingan Jalur Sutra Baru China

Kejayaan China dalam menguasai perdagangan antar negara memiliki sejarah gemilang pada masa dinasti Han, sekitar tahun 206 SM hingga 220 M. Saat itu, China menjadi pemain utama dan satu-satunya untuk produk sutra di jalur perdagangan yang membentang dari Chang’a, China hingga Antiokhia, Suriah. Jalur pedagangan yang membentang sepanjang 6.500 km ini dikenal dengan istilah Jalur Sutra (Silk Road).  Kenangan kejayaan masa lalu inilah yang coba diulang oleh China lalu lewat inisiasi pembangunan One Belt One Road (OBOR) pada 2013. Presiden Xi Jinping memutuskan untuk mengalokasikan dana hingga US$150 miliar per tahun untuk mendanai pembangunan infrastruktur darat dan laut sebagai upaya meningkatkan perdagangan di wilayah Asia, Afrika, dan Eropa. 

Saat gagasan OBOR ini dibuat, terjadi kesalahpahaman interpretasi istilah One Belt One Road (OBOR) oleh beberapa pihak yang menjadi mitra dagang China, sebab memberi kesan dominasi China dan dikhawatirkan menjadi persaingan yang tidak sehat. Akhirnya, pada 2016 istilah One Belt One Road diganti menjadi Belt Road Initative (BRI) untuk menegaskan keterbukaan China terhadap masukan dari semua pihak, istilah BRI diharapkan menghapus kesan China-sentris. Di samping upaya China untuk menghilangkan prasangka tersebut, Uni Eropa (EU) sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, telah menjalin kerjasama khusus dengan China. 

Tahun 2015 lalu, EU dan China menjajaki sinergitas pembangunan konektivitas dan pembangunan di area lintas batas di bawah jaringan Trans-European Transport Network (TEN-T), dan proyek BRI sebagai salah satu di antara pendanaan yang dibutuhkan EU. Negara-negara anggota EU juga telah menandatangani kerjasama dengan China sesuai dengan kepentingan politik dan ekonomi negara masing-masing. Namun, sambutan hangat itu tidak berlangsung lama. Pada 2018, sebanyak 27 dari 28 duta besar EU untuk China manandatangani laporan yang menyatakan bahwa BRI berlawanan dengan agenda EU untuk meliberalisasi perdagangan. Hubungan EU dan China memang sempat memanas dalam beberapa waktu lalu, sebab tudingan dari EU bahwa China tengah berupaya menyebarkan pengaruhnya ke Barat serta kedua belah pihak sama-sama memberlakukan pembatasan investasi dari dan ke dua kawasan tersebut. 

Proyek BRI ini pun menuai kritik dari berbagai pihak, sebab proyek pendanaan BRI diberikan kepada negara-negara anggotanya melalui skema utang. Tidak heran jika istilah ‘Program Jerat Utang’ juga disematkan untuk proyek ini. Tidak cukup hanya diam, akhir 2021 lalu EU meluncurkan program alternatif pendanaan senilai 300 miliar euro yang akan diinvestasikan antara 2021 hingga 2027. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen menyampaikan tujuan proyek EU ini untuk mendukung peningkatan perdagangan dan hubungan Uni Eropa dengan seluruh negara mitra selama enam tahun.

Program pendanaan EU ini mencoba menawarkan alternatif program pembangunan infrastruktur yang “lebih sehat” daripada yang ditawarkan BRI. Alternatif pendanaan ini memang berwujud dalam beberapa bentuk, sebanyak 18 miliar euro dalam bentuk hibah dan 280 miliar euro lainnya dalam bentuk investasi dari negara-negara anggota EU, bank pembangunan, sektor swasta, maupun melalui badan pembiayaan mereka sendiri seperti Bank Investasi Eropa. Selain itu, EU juga menjanjikan alternatif pendanaan mereka akan dijalankan dengan berkualitas, standar yang andal, transparan, serta mengedepankan tata kelola yang baik. Ditambah Eropa berjanji untuk berbagi teknologi dan keahlian dengan negara-negara berkembang. Meskipun tidak ada dokumen Global Gateway yang secara gamblang menyebut soal China, namun para pengamat melihat ini sebagai respon EU terhadap proyek ambisius China dalam membangun jalur sutra baru.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *